“sepertinya menarik, apasalahnya dicoba,” serentak kami mengangkat manis dingin dan rokok kami dan langsung merapat kesana. Kebetulan masih ada tempat untuk kami bergabung.
“Horas bang, kami ikut gabung ya bang,” ucap kepada seseorang disebelahnya yang sudah ikut diskusi sejak awal.
“mari bang,” balasnya.
Baru saja kami duduk dengan wajah ramah dia menyapa kami. “selamat datang sahabat,” ucapnya. Seketika kami hening kaget dengan sapaan nya.
“kami ikut gabung yah bang, dari tadi kami menguping nikmat sekali pembahasan diskusi tentang sumut ini. Kebetulan kami juga sedang diskusi hal yang sama abang,” ucap ku kepadanya memberanikan diri walau masih belum mengenalnya.
“kenapa tidak daritadi haha,” sahutnya dengan santai. “tapi sayang sekali adek, abang harus pergi dulu jumpa seseorang sore ini,” tambahnya.
“Alamak bujas, harusnya kita daritadi merapat kemari,” ucap eka dengan nada lemas. Novi yang mulai tertarik kembali dengan diskusi kami terlihat kecewa. Itu juga dirasakan oleh orang-orang disekitar mereka. Mereka pun sepertinya mereasakan hal yang sam dengan kami walau sudah sejak awal berdiskusi.
Suara yang cukup menyenangkan terdengar, “bagaimana jika besok kita jumpa lagi disini sahabat?,” ucapnya. “siap bang, apa yang perlu kami siapkan untuk berdiskusi dengan abang?,” sahut seseorang didekatnya.
“Tak usah repot-repot, kita jumpa lagi disini ya jam 2 petang esok. Abang pamit dulu, assalamualaikum,” ucapnya. Dengan cepat ia langsung menuju kea rah parkiran dan mengambil mobilnya diantar seseorang yang sepertinya mengenal dekat dengan dia.
Dan mereka yang ikut berdiskusi ramai mendiskusikan ulang apa yang telah disampaikannya, sepertinya sangat berharga sekali yang disampaikannya.
Ku coba bertanya pada seseorang yang berada di sebelahku. “Siapa sebenarnya orang itu?,” ucapku.