“Sekarang coba kau pergi ke desa di daerah sana di siantar, tidak banyak mereka yang dapat menggunakan HP seperti yang sekarang sedang kau gunakan”
Penyuluhan dan pemberian informasi masih jarang, informasi kita selalu dijajah oleh penguasa sehingga hanya informasi tertentu yang bisa kita dapatkan.
“memang abang pernah melakukan apa untuk kawan-kawan di daerah-daerah?”
“Saat abang muda, abang bersama dengan rekan-rekan abang mensosialisasikan gerakan resolusi jihad ke 25 Kabupaten di Sumut”
“Berbagai macam tekanan kami hadapi bersama, apapun hasilnya yang penting kami berjuang. Dan sekarang gerakan itu masih terus hidup dan aktif membangun desa-desanya”
“Adek-adek masih muda, mumpung masih muda dan belum masuk ke kehidupan realita yang sebenarnya coba lah buat gerakan-gerakan yang dapat meningkatkan idealism dan nasionalisme warga sumut terhadap tanah kelahirannya dan terhadap indonesia pada umumnya”
Kita tak pernah menyadari akan hal itu, kita terlalu asik di kota untuk menikmati berbagai kemudahannya tanpa memperhatikan secara betul desa-desa yang berada di sumut ini.
...
Seketika sebagian dari kami menyadari sesuatu itu terlihat dari ekspresi muka kawan yang lain yang seketika berair matanya menyatakan setuju dan sedih lupa akan kampong halamannya.
“Sumut itu besar, siapapun marganya, bagaimanapun rupanya, berapapun kelasnya mereka adalah warga sumut.”
“Sebagai warga sumut kita harus bangga itu. Camkan itu baik-baik anak muda.”