Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Simulakra Mata Mantan

21 Februari 2017   08:45 Diperbarui: 25 Februari 2017   22:00 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tahu kabar seperti ini akan datang walau dalam hatiku berharap ini ilusi. Tapi tak pernah membayangkan Putri memberitahukannya lewat cerita orang kampung.

Tahun-tahun yang ia janjikan penuh surat dan tak pernah mengabaikanku kini serendah iklan di televisi. Mimpi-mimpi tak pernah puas yang membawanya ke kota, menuntunnya berubah, dan, membuat mata teduh lagi lapang menghilang kembali melemparku kembali pada kebengalan yang memuntahkan kemarahan kedalam jiwa kriminal tak terperi.

“Kumpulkan teman-teman, kita ke tempat terkutuk itu.”

“Kita akan menghadiri pestanya?”

“Mata itu tak boleh menjadi teduh selain untuk mataku.”

Pernah ada sepasang mata yang menyimpan teduh dan lapang. Mata yang membebaskanku. Mata yang menertibkanku.

Mata yang mencari akhir hidupnya dan hidupku di kota. Mata sebelum televisi mengaburkan senyatanya dan tipu daya hasrat kedalam penjara simulakra.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun