Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Simulakra Mata Mantan

21 Februari 2017   08:45 Diperbarui: 25 Februari 2017   22:00 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hijau? Mengapa harus Putri? Matamu sudah tak punya tandingan.”

“Yah, pakai lensa kontak Ngal. Sudah banyak dijual lho, aku lihat iklannya di televisi. Gerainya sebentar lagi masuk kesini.”

“Ya, terserah deh. Yang penting kamu senang, aku sama,” balasku. Kutatap matanya yang menjadi saksi rinduku yang awet, jangan pernah membuatku rapuh, gumamku.

Sejak matanya berkuasa  atas mataku, sekarang hari-hari selalu menyenangkan, selain tentu saja, tertib. Bengalku musnah sudah,indispliner yang meresahkan tenggelam bersama permintaan manja yang selalu tak bisa diabaikan.

Tak ada lagi pertunjukan protes yang menyamarkan dirinya ke dalam aksi-aksi bengal. Tak ada lagi remaja labil yang didisiplinkan ruang konseling.

Hari-hari yang menjadi saksi dari dua jiwa muda yang sedang mencari dirinya dalam masing-masing mereka. Hari-hari yang membuatku mengabadikan kesetiaan dan pelayanan seutuhnya, tanpa cacat.

***

“Ngal, please, jangan murung begitu. Aku hanya pindah metropolitan, meneruskan pendidikan yang lebih baik. Kamu tahu sejak dulu aku ingin menjadi wanita karir yang sukses.”

Sangat berat menyetujuinya pergi kesana, metropolis yang sibuk demi mimpi-mimpinya. Aku dibekap takut, takut tak bernama. Tanpa matanya, aku jelas setengah hidup atau menunda datang kematian.

“Aku janji Ngal, aku akan selalu mengirim surat. Masa depan tidak akan membuatku mengabaikanmu, percayalah.”

Pintanya manja, sembari tersenyum menampilkan gigi putih yang mulai berkawat, ia menyodorkan kelingkingnya. Aku memeluk dan menatap cemas ke matanya yang kini lebih senang berwarna hijau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun