Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kelinci Percobaan

12 September 2016   22:59 Diperbarui: 13 September 2016   00:41 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hehehe.”

Kepala desa mati gaya. Persis tikus tua tersiram air mendidih.

“Satu saja dulu. Nanti, besok lagi.”

Emon terus berpamitan . Ia teringat belum mengangkat jemuran dan memberi makan ayam-ayamnya.

“Mon, jangan lupa ceritakan reaksi Mika sesudah mendengar puisinya ya.”

Pesan kepala desa menyertai langkah Emon yang bergegas melintasi pekarangan depan.

***
“Kepada Sri, yang selalu sangsi…"

“Siapa Sri? Siapa? Haaaa?”

Mata Mika melotot. Jemari kirinya mencubit perut tipis Emon sedang yang satu lagi bercakak pinggang.

“Aduuuuh…Sri  itu nama dalam pembukaan puisi Pemberian Tahu, Ka.”

Emon meringis kesakitan. Kepala desa kurang kerjaan. Mengapa juga puisi yang diberikan harus menggunakan nama perempuan sih. Kampret, makinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun