Sesudah menyantap makanan favorit, empat bersahabat ini lalu berpindah ke bagian depan rumah. Mereka sedang menyiapkan satu rencana penting di hari natal nanti.
“Jadi bagaimana tong pu rencana?,” Petrus membuka percakapan serius mereka. Berempat mereka terdiam sejenak.
“Besok, semua pakai celana panjang yang banyak kantong. Jangan lupa bawa kantung plastik. Tong harus dapat banyak cocacola, fanta deng sprite banyak. Tahun lalu tong empat cuma dapat 15 kaleng. Tahun ini harus 20. Bisa ka tidak?,” Victor mulai membuka pembicaraan.
“Oke, sa setuju. Tahun ini harus dapat banyak. Tapi darimana?,” tanya Petrus.
“Tong pergi ke rumah kepala sekolah, baru ke guru-guru to....Ah, tapi kalau cuma dorang, tra mungkin, paling juga tong dikasih sirup sama bawa kue pulang.” Victor ragu dengan pendapatnya sendiri. minuman kaleng merek Cocacola, Fanta dan Sprite tahun-tahun itu memang minuman kalengan yang masih tergolong mewah.
“Tong bertamu ke Bupati pu rumah saja, bagaimana?” usul Fredy. “Tapi tra usah bawa kantung plastik. Tra usah cari minuman kaleng juga. Tahun ini tong harus bisa ketemu Bapa Bupati saja, pegang tangan baru bilang selamat Natal terus tong pulang. Bagimana?,” sambungnya lagi.
Mereka berempat lalu bertatap, tersenyum ceria, ide yang perlu dicoba. Empat bocah kelas 4 SD telah tenang hatinya tak sabar, mereka sudah punya rencana serius di hari natal.
Natal kali ini tidak ada perburuan minuman kaleng. Natal kali ini harus bertemu Bupati. Titik!
***
25 Desember.
Hujan gerimis menyertai langkah pagi kaum Kristiani menghadiri ibadah Natal di gereja. Kota Serui yag kecil itu menjadi tambah hening.
Di depan teras rumahnya, Aji duduk dengan resah tiada kira. Jika gerimis terus saja bertahan atau berubah menjadi hujan deras, maka rencana mereka bakal bubar berantakan.