Mohon tunggu...
Tutik Lestari
Tutik Lestari Mohon Tunggu... -

SMAN 1 Majalengka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Antologi Cerpen] Jugun Ijanfu

17 Agustus 2016   07:56 Diperbarui: 17 Agustus 2016   11:41 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: mawarberduri99.blogspot.com

            “Oh yaa… Mas tahu sekali? Tentang Mbak Dewi? Tetapi kenapa aku baru pertama kali mengetahuinya. Aku hanya mengetahui dari Item. Ia bilang jika akan ada perekrutan tenaga kerja untuk diambil ke berbagai kota di seluruh Indonesia. Dan hanya terkusus untuk lulusan anak sekolah, sebab hanya orang yang berpendidikan saja yang bisa di rekrut. Untuk masalah gaji, katanya sangat memungkinkan besarannya. Lebih dari itu aku tidak tahu menahu lagi”

            “Ndak gitu juga… Timah”

            “Tapi kan, Mas suka ngopi di warungnya Mbak Dewi kan?”

            “Ndak lah itu kan dulu. Lagian Mas mu ini bareng temen Mas yang lain. Ndak sendirian. Kamu ngayal toh de Timah dia sudah di jodohkan dengan Warmo teman sekelasnya waktu sekolah. Bapaknya yang menjodohkan sembari memperbaiki hubungan silaturahmi antara keluarga Pak Imin dan Bu Minten. Sesegera mungkin mereka akan menikah sebelum Dewi pergi ke luar kota untuk bekerja”

            “Oh gitu toh. Ndak cemburu lagi Timah, Mas. Lalu kita ndak menyusul saja, menikah dengan Mas sebelum pergi bekerja di luar kota? Aku ingin kita sudah mendapatkan ikatan yang lebih kuat. Aku takut Mas kepencut sama wanita desa yang lain. Aku kan ke luar kota ndak tahu akan seberapa lama, dimana kotanya. Mending kita sudah melaksanakan sunah rosul itu toh Mas, agar semuanya lancar ndak ada prasangka diantara kita yang membuat Mas dan aku tak karuan. Aku takut Mas kepencut dengan Menah, Ningning, Tari, Juminten si anaknya Pak Kades. Aku takut toh Mas”

            “Ndak akan kan mereka juga sama seperti mu ke luar kota juga, tapi tidak dengan Juminten ia anak kesayangan satu –satunya dari keluarga kepala desa. Jadi dia tidak diijinkan untuk pergi merantau. Ia di suruh menikah saja dengan lelaki kampung disini. Soalnya takut gimana –gimana, Pak Kades tidak ingin anaknya jauh –jauh darinya. Apalagi sekarang ia sudah usia mendekati 60 tahun, sudah masuk masa pensiun. Ia tak mau meninggal sendirian tanpa anak kesayangannya, Juminten”

            “Gitu toh Mas. Terus nikah sama siapa toh? Ndak sama Mas Danang kan?”

            “Yah ndak lah. Masa Mas Danang selingkuh sih”

            “Tapi kan kita hubungan jarak jauh toh Mas”

            “Jauh di mata namun dekat di hati toh, de Timah hanya untuk Mas Danang”

            “Aku jadi terharu toh, Mas.. Mas..”  Aku mendekatkan kepala kepangkuan Mas Danang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun