“Makanlah yang sudah ku sediakan! Tunggu beberapa hari lagi. Kakek akan mencari makanan dan kayu bakar di luaran saja. Tidurlah dengan nyaman, jangan sungkan”
Aku meng-iyakan. Tak ku sangka kakek tua ini sangat baik lagi dermawan. Setelah ketakutan itu melanda, aku menjadi sedikit tenang. Beberapa hari ini aku tinggal sendirian di rumah kayu dengan rasa was –was takut jika ada tentara Jepang menemukanku. Sesekali aku mandi di sungai. Dengan sekuat tenaga aku berlari dengan kilatan sebab kadang tentara melewati sungai itu. Dan ternyata benar ada suara di atas sana. Aku menunduk dan menyelam ke dasar sungai beberapa lama. Aku kesakitan dan nafasku tersendak kala harus menahan betapa beratnya cobaan hidupku. Aku takut jika aku ditemukan oleh tentara itu aku menjadi santapan salah satu dari mereka di malam hari. Ah, untungnya aku selamat! Sesegera mungkin aku berlari melewati semak –semak sampai ke rumah tua. Setelah itu tak begitu lama. Ada suara ketukan pintu. Kulitku merinding bukan kepalang. Sedari tadi aku berlari, apakah ada yang mengikutiku.
Tiba –tiba pintu sudah terbuka.
“Siapa kamu?”
“Tenang, saya bukan bagian dari anggota tentara itu”
“Lalu untuk apa kamu kesini?”
“Aku ingin menyelamatkanmu!”
“Menyelamatkanku?”
“Tunggu aku lagi, aku akan pergi mencari makan untukmu”
Lalu lelaki itu pergi.
Lelaki itu sudah pergi. Di malam harinya kakek tua itu datang dan bertanya :