“Nje de harus kuat” ia memelukku erat.
“Tapi toh Mas. Aku ndak sanggup. Rasanya aku pengin membatalkan saja”
“Loh loh ya harus toh. Itu cuman perasaanmu saja, jangan khawatir”
“Yasudah. Jika suamiku bilang begitu, aku jadi tenang”
(Keesokan harinya)
“Pamitan Bu, Pak, Mas.. Timah mau berangkat!.. Mas jangan lupa makan. Jangan lupakan aku. Aku ndak sanggup melihat Mas selingkuh. Awas saja kalau kesetiaanku Mas hancurkan!”
“Ndak akan lah. Mas mu tunggu kamu selalu”
Aku memeluk erat suamiku dan bergegas untuk segera menyusul rombongan. Kami se rombongan di bawa oleh truk. Terdapat lima truk berjejer. Tidak semua dari desaku, tetapi dari desa sebrang juga. Ada sekitar remaja –remaja dari tiga sampai lima desa. Mungkin kami lah yang akan membangun desa kami kelak dan mengubah imej keluarga kami. Tapi sayang Juminten anaknya Kepala Desa tidak mau ikut alias di larang oleh Bapaknya.
***
Di Kota tak bernama.
Aku tidak tahu jika akan begini jadinya. Kami seperti sedang menjadi anggota pasukan bebek –bebek yang sedang dibariskan menuju kandang. Atau semacamnya. Sudah dua hari ini kami tidak di beri makan oleh majikan kami. Kami juga tidak tahu siapa yang menjadi majikan kami. Apakah kami akan menjadi pembantu tentara Jepang itu? Tetapi setiap malam kami mempersiapkan disko dan ranjang yang rapih supaya mereka bisa beristirahat dengan istri –istri mereka. Sayang sekali bodohnya aku, Apakah ada manusia yang selalu berganti pasangan?