"Bagaimana dengan pihak Kerajaan Demak? Kenapa tidak ada tindakan untuk mengatasinya?" sahut Pendekar Ingusan.
"Mohon maaf," kata Ki Demang hati-hati, "Sejauh ini Kanjeng Wotwesi memang masih aman karena dia juga menjalin kerja sama dengan banyak pejabat! Di samping sebagai seorang guru spiritual dengan Intijiwonya, memiliki banyak murid yang terkenal sakti, dan juga seperti yang dibilang Mbah Kucing, dia seorang ahli sihir!"
"Dan jangan lupa, dia mempunyai seorang cucu yang menjadi tameng terkuatnya," potong Mbah Gendam, "Kalau gak salah cucunya itu dijuluki Iblis Muka Gedek!"
"Tapi di sisi lain Kanjeng Wotwesi juga terkenal murah hati. Dia dan Intijiwo banyak memberi sumbangan dan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan!"
"Jangan sebut dia kanjeng, Anak Muda!" potong Pendekar Ingusan ringan, "Sebut saja dia penipu besar!"
"Saya sepakat dengan anda!" jawab Ki Demang.
"Soal siapa sebenarnya pendekar yang berjuluk Iblis Muka Gedek itu, biarlah Mbah Kadir yang menjelaskan!" ujar Mbah Kucing datar.
Di kalangan pendekar besar dikatakan bahwa pemilik pusaka 'Pring Kuning Sambung Nyawa Junjung Derajat' mempunyai tujuh keistimewaan yang tidak dimiliki oleh pusaka-pusaka lainnya. Adapun tujuh keistimewaan itu antara lain, membungkus ilmu dengan pembungkus seribu lapis, sehingga ilmu tidak bisa luntur karena melanggar suatu pantangan misalnya. Kemudian dengan sekali merapal mantra bisa digunakan untuk mengundang atau mendatangkan bantuan 'Bolosewu' dari bangsa jin. Bisa membangkitkan aura yang berganti-ganti sesuai kebutuhan. Seperti aura agar disegani, aura agar dikasihi, aura agar ditakuti. Bisa digunakan untuk menghimpun kekuatan inti bumi dan langit untuk didayagunakan seketika. Terakhir bisa untuk mengobati berbagai macam penyakit dan menyembuhkan luka dengan sangat cepat.
"Jadi Iblis Muka Gedek memiliki bambu pusaka itu?" tanya Pendekar Sinting.
"Benar!" jawab Mbah Kadir singkat.
"He..he..," tawa Mbah Gendam memecah keheningan. "Cukup serahkan saja urusan ini pada yang masih muda! He..he..!"