***
Setelah peristiwa pembantaian sebelas anak di pinggir hutan yang menggegerkan warga desa, Mbok Cipluk membawa Klebat kabur dari kampung halaman mereka. Hanya memanggul satu buntelan sederhana, berisi semua harta yang paling berharga, beberapa potong baju dan peralatan makan.
Sejak peristiwa itu, Kebo Klebat mulai terbiasa melihat mayat. Jika mendengar ada sebuah peperangan, ia pergi ke sana untuk memunguti barang-barang pasukan yang tewas. Senjata, kantong uang, cincin perhiasan akik, atau apa saja yang nantinya bisa dijual. Hasilnya jauh lebih besar dibanding menjual kayu bakar.
Klebat bukanlah anak yang dibesarkan seperti anak pada umumnya. Ia tidak menyukai mainan dan tidak kenal bermain. Agaknya ia tak pernah mempersoalkan mengenai itu.
"Berjanjilah untuk berubah menjadi anak baik, Klebat. Mbok mengharapkan kamu bisa mendampingi Mbok sampai masa tua nanti! Membunuh orang itu sangat berdosa!"
Klebat tidak memberitahu alasannya kenapa sampai membunuh anak-anak itu, karena mereka melecehkan mboknya dengan kata-kata yang paling hina. Ia masih bisa bersabar walaupun dihina dan dijadikan bahan tertawaan, tetapi jangan sampai melecehkan mboknya. Itu akan membangkitkan semangat bertarung di dalam dirinya, semangat yang diwariskan oleh ayahnya.
Klebat berjanji untuk tidak membunuh, tapi ia tidak dilarang mencuri harta milik orang mati. Kendati banyak bajingan enggan melakukan itu. Mbok telah meyakinkannya bahwa tak ada salahnya memunguti barang yang ditinggalkan di jalan, bukan agar bisa bermewah-mewahan, melainkan untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup.
Mencuri memang tidak baik, tapi itu tidak lebih rendah dibanding perbuatan yang menimbulkan peperangan. Selama berlangsungnya perselisihan kaum bangsawan yang mengakibatkan jatuh bangunnya sebuah kerajaan, keadaan telah menjadikan kebanyakan manusia mengutuk pencurian, tapi menganggap pahlawan bagi pencuri singgasana, pencuri wilayah dan pencuri kekuasaan.
Ketika terjadi sebuah peperangan, para senopati, panglima, sampai pasukan yang paling rendahan pun melucuti senjata dan harta benda pihak yang kalah. Kuda, harta benda pasukan yang menyerah, bahkan perempuan dan anak-anak pun dijadikan rampasan. Mereka dijadikan budak. Perang menawarkan banyak kesempatan bagi para pencuri.
"Yang penting jangan membunuh!" saran Mbok Cipluk, "Itu dosa besar!"
"Bagaimana dengan orang yang saling membunuh dalam perang, Mbok?" tanya Klebat. "Apa mereka juga berdosa?" Ia memandang Mbok untuk menangkap tanda-tanda sikap setuju, tetapi wajah Mbok sama sekali tidak memperlihatkan itu.