Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (103): Junjung Derajat

4 November 2024   05:39 Diperbarui: 7 November 2024   20:23 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dasar anak Wewe Gombel! Gak punya bapak!" caci Si Gendut, dan sebelum kembali menyerang ia melontarkan ancaman, "Kamu pasti akan mati! Mayatmu akan kami buang di tengah hutan!"

"Anak Mbok Cipluk pelacur gak pantas tinggal bersama kami. Ayo kita habisi dia!" ajak si ketua dengan mata berapi-api.

Klebat masih bisa bersabar ketika dirinya dicaci-maki dan dihina, bahkan andaikata dipukuli, tapi jika menyangkut Mbok Cipluk, darahnya langsung mendidih. Ia lalu meraba bambu di balik baju dan mulai merapalkan sebuah mantra memanggil raja jin. Ia berani memastikan anak-anak itu akan menyesal nanti.

Ketika sinar mentari di balik dedaunan sedikit demi sedikit redup, wajah Klebat berubah jadi merah tua. Napasnya mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa dia memendam emosi. Jantungnya berdebar lebih kencang. Butir-butir keringat muncul di dahi, di sekitar anak rambutnya, menuruni wajahnya yang terasa mulai panas. Ada asap keluar dari bambu di balik baju. Perubahan wajahnya, yang mengerikan mirip setan, membuat para musuhnya ketakutan. Semuanya sudah terlambat.

Tidak berselang lama kemudian, sebelas anak itu ditemukan tewas. Di desa orang-orang ribut membicarakan peristiwa mengenaskan di pinggir hutan itu. Para orang tua dan warga kampung dengan membawa berbagai senjata berkumpul di halaman rumah kepala dusun. Mereka menerima beberapa arahan sebelum memburu si pembunuh yang diduga lari ke dalam hutan.

Klebat tergesa-gesa pulang dan langsung bersembunyi di dalam kamar. Ia ingin menangis, tapi air matanva tidak keluar. Wajahnya terbenam lebih dalam lagi di antara lututnya, yang secara tak sadar dipeluknya lebih erat lagi.

Tidak ada seorang pun warga yang mencurigai Klebat sebagai pelaku pembunuhan itu. Itu tidak mungkin. Ia hanya seorang anak kecil. Hanya Mbok Cipluk yang tahu apa yang sesungguhnya telah terjadi.

Sejak memiliki Pusaka Bambu 'Sambung Nyowo Junjung Drajad', menjadi sebuah kenyataan bahwa Kebo Klebat adalah raja dari raja jin perewangan penghuni pusaka tersebut. Itulah yang membuat dia memiliki kekuatan yang luar biasa dan kebal terhadap segala jenis senjata.

Raja jin yang telah berusia ribuan tahun dan terpenjara dalam Pusaka Bambu itu, telah menunggu lama kelahiran sosok Kebo Klebat, sebagai seorang yang ditakdirkan untuk menguasai pusaka itu. Bambu pusaka itu sebetulnya membawa kutukan yang membuat semua pemiliknya kelak berakhir secara tragis.

Klebat seolah dimanja oleh alam semesta. Ia ditakdirkan memiliki bakat yang luar biasa dalam hal beladiri. Ketika pada umumnya orang sudah akan kelelahan jika bertarung selama satu jam, maka dia seperti baru pemanasan.

Tubuh Klebat menghasilkan hormon-hormon yang selalu membangun imunitas. Tubuhnya juga mempunyai mekanisme untuk memperbaiki dirinya sendiri, yang serta merta memulihkan setiap kerusakan yang terjadi dengan sangat cepat. Jika orang tahu semua keistimewaan itu, akan buyarlah impian semua pendekar untuk menjadi petarung yang paling ulung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun