Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (103): Junjung Derajat

4 November 2024   05:39 Diperbarui: 7 November 2024   20:23 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari tempat duduknya Kyai Wotwesi memandang anak buahnya satu per satu. "Kita tidak boleh putus asa. Kita harus bangkit!" katanya dengan suara nyaris tak terdengar. Ia memaksakan diri berdiri.

Tiba-tiba ada sosok hitam melayang mendekat. Secara reflek kedua tangannya mendahului menyerang dan berhasil menyentuh tubuh makhluk itu. Terasa lunak dan sedingin es. Secepat kilat sosok hitam itu menghilang. Tanpa disadari tangannya menggenggam beberapa helai rambut. Tapi itu bukan rambut manusia, lebih mirip bulu musang yang panjang dan kasar, serta berbau wangi yang menyengat.

Ia memanggil nama anak buahnya satu per satu, tapi tidak ada jawaban. Mereka semua sudah tergeletak di tanah, tak bernyawa. Ia ingin pergi dari tempat itu, tapi menggerakkan kaki pun tak sanggup. Kaki itu kaku, nyaris rapuh seperti bagian tubuh yang lain. Ia belum menyadari sepenuhnya bahwa tubuh tua itu sudah terluka. Udara dingin lembah yang baru diguyur hujan deras itu memperparah semuanya.

Ia kemudian meringkuk, meletakan dahinya di tanah. Dengan segala kekuatan ia paksakan berteriak. "Tolong!" Beberapa kali ia meminta tolong sambil merendah-rendah, "Betul-betul aku minta tolong! Ampuni aku!"

Dari tempat sujudnya ia merasakan kehadiran seseorang. Kyai Wotwesi lalu mengangkat kepala sedikit. Dilihatnya sepasang kaki besar penuh bulu. Ia mendongak, dan tampak sosok hitam tinggi besar berdiri tepat di depannya.

"Ampuni aku! Tolonglah! Aku bersedia melakukan apapun untuk Tuan! Aku akan mengabdi kepadamu! Aku bersumpah!"

***

Sepuluh tahun telah berlalu. Selama itu Kyai Wotwesi telah mengabdi kepada siluman musang, raja jin penguasa Lembah Gunung Pegat. Ia kembali membangun rumah, mengumpulkan harta dan mencari pengikut. Akhirnya ia bisa meraih sukses yang luar biasa dan mengganti namanya dengan Kanjeng Wotwesi.

Kanjeng Wotwesi adalah sosok pria terhormat yang dikagumi masyarakat luas. Ia terkenal kaya raya dan murah hati. Ajarannya yang disebut 'Intijiwo' menjadi kekuatan dasyat yang mampu menarik banyak pengikut.

Masyarakat selalu berusaha mendatangi di mana dia memberikan ceramah. Kebanyakan karena mereka penasaran akan kekayaan dan rahasia sukses yang telah dikemas dalam ajaran Intijiwo. Belakangan dia juga dikenal memiliki kesaktian bisa menggandakan emas.

Satu hal yang sekarang diharapkan Kanjeng Wotwesi, yaitu bisa bertemu dengan cucunya yang dibawa Mbok Cipluk. Dua orang muridnya yang dulu mengantar pembantu dan cucunya itu telah lama tewas, sehingga tidak ada satu pun yang bisa memberi petunjuk di mana keberadaan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun