Ki Birawa yang bertempur dengan sangat hati-hati menjadi semakin geram karena sejak tadi belum pernah sekali pun serangannya berhasil mengenai sasaran.
"Aku harus menebus kematian orang-orangku!" berkali-kali Ki Demang berteriak keras sambil mendesak Mahesa dengan pedangnya. "Ini untuk Panji," teriaknya seiring ayunan pedang, "Ini untuk Saidi, kamu kan yang bunuh mereka? Kamu juga kan yang bunuh Pendekar Jeliteng?"
Sementara itu, Si Iblis Betina tertawa terkekeh-kekeh, sambil mengepung Lintang bersama empat orang lainnya, ia sempat berkata, "Lintang, kau bocah durhaka, tidak ingatkah kau bahwa aku inilah ibu yang dulu dengan susah payah membersarkanmu!"
"Anak durhaka, tidak tahu balas budi!" timpal Pendekar Cebol, "Kau harus dibikin mampus!"
"Anak durhaka pasti akan kualat!" imbuh Si Iblis Betina.
Darah Lintang semakin mendidih mendengar itu, dan ia mengerahkan seluruh tenaga untuk menikam perempuan yang dibencinya itu. Di situlah kesalahannya. Sebagai orang berjiwa muda, tentu saja ia berdarah panas. Ia tidak tahu akan siasat lawan yang jauh lebih berpengalaman dan yang terkenal sebagai pendekar jahat penuh tipu muslihat.
Bagi seorang ahli silat tingkat tinggi, mengumbar amarah merupakan pantangan besar. Dalam bertarung, apa lagi kalau menghadapi lawan berat, sekali-kali tidak boleh disertai kemarahan, karena itu akan menyesakkan dada serta mengurangi konsentrasi, dan akhirnya kewaspadaannya akan berkurang dan daya serangnya akan lemah.
Kini Lintang menerjang dengan nekat, mendesak Si Iblis Betina. Akan tetapi Nenek Iblis itu sengaja mundur karena ia sengaja memancing agar lawannya itu makin bernafsu hingga akan terbuka kesempatan bagi teman-temannya untuk merobohkan pemuda sakti itu.
Arum yang tidak sedikitpun melepaskan pandangannya dari suaminya, mendongkol sekali mendengar Si Iblis Betina mengaku sebagai ibu yang membesarkan Lintang. Tentu saja ia balas memaki, "Rupanya inilah perempuan terkutuk yang tidak tahu malu, menculik seorang anak lalu mengaku sebagai ibunya! Iblis Betina, orang macam kamu hanya akan mengotori dunia saja!"
Si Iblis Betina tidak menjawab, namun melengking keras dan tahu-tahu dia terbang untuk melancarkan serangan dengan tongkatnya ke arah Arum. Hebat sekali serangan itu.
Arum yang dijuluki Pendekar Naga Jelita itu berseru kaget dan cepat menangkis dengan pedangnya sambil melompat mundur. Si Iblis Betina pun maklum bahwa kepandaian Arum tidak boleh dipandang sebelah mata. Maka ia tidak mau bicara lagi, segera kedua tangannya bergerak, tongkatnya sudah menyambar-nyambar mencari sasaran.