Mahesa dikepung sedikitnya sepuluh orang, maka Lastri memilih terjun membantu suaminya. Akan tetapi, Si Iblis Betina melihat itu dan mendadak sebuah sodokan tongkat mautnya tepat mengenai kaki kiri Lastri, membuat gadis itu terguling roboh. Lastri berusaha bangun, tapi tidak mampu karena urat di dekat lututnya terluka cukup hebat. Oleh karena kakinya lumpuh, maka terpaksa sambil duduk Lastri menahan datangnya senjata dengan memutar pedangnya secara luar biasa sekali. Akan tetapi, dalam keadaan seperti itu tentu saja dia tidak mampu melawan lima pedang dan sebuah tongkat yang seakan-akan berlomba hendak berebut duluan mencabut nyawanya. Pundaknya kini kena serempet tongkat Si Iblis Betina, membuat lengan kirinya juga lumpuh.
Pada saat itu terdengar teriakan menyeramkan. Mahesa tahu-tahu sudah melindungi Lastri, dan langsung memondong istrinya sambil memutar-mutar pedangnya menangkis gempuran para pengeroyok. Lastri yang dipondong juga masih mengayunkan pedangnya untuk menangkis hujan senjata.
"Kalian orang-orang tidak tahu malu!" seru Lintang dan cepat menggerakkan pedang menangkis tongkat Si Iblis Betina yang hampir mengenai kepala Lastri.
"Terima kasih, Guru!" teriak Lastri, pipinya basah oleh beberapa butir air mata yang menetes.
"Ha..ha..ha..! Akhirnya kamu turun tangan juga Lintang!" Ki Kalong Wesi mengejek dan bersama yang lain-lain mereka lalu menerjang ke arah Lintang.
Teriakan melengking yang tinggi dan nyaring mengiringi berbagai senjata yang mengurung Lintang.
Menyaksikan itu Arum menjerit dan menggenggam gagang senjatanya kuat-kuat. Tapi ia ingat pesan suaminya. Pada waktu itu, Ki Kalong Wesi, Si Iblis Betina, Ki Bajul Brantas, Pendekar Golok Maut dan Pendekar Cebol yang telah menjadi marah sekali menerjang Lintang dari berbagai arah.
"Cak Mahes, terima kasih..! Â Aku rela mati meski...," kata Lastri, akan tetapi tubuhnya menjadi lemas dan ia pingsan dalam pondongan suaminya.
"Mahes, bahwa Lastri mundur!" Arum berteriak lantang dari atas anak tangga puri.
Betapa pun hebatnya Lintang, menghadapi pengeroyokan lima orang tokoh itu ia cukup repot sekali. Apa lagi ia harus melindungi Mahesa yang memondong Lastri agar bisa keluar dari kepungan. Ketika ia menangkis sambaran tongkat Si Iblis Betina, ia juga harus dapat menghindar dari dua cakaran maut yang dilakukan oleh Ki Kalong Wesi.
"Berani kau menerima golok mautku ini?" Tiba-tiba Pendekar Golok Maut meloncat maju dan sekuat tenaga membacok leher.