Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (91): Kualat

18 Oktober 2024   04:53 Diperbarui: 18 Oktober 2024   08:35 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Mahesa dikepung sedikitnya sepuluh orang, maka Lastri memilih terjun membantu suaminya. Akan tetapi, Si Iblis Betina melihat itu dan mendadak sebuah sodokan tongkat mautnya tepat mengenai kaki kiri Lastri, membuat gadis itu terguling roboh. Lastri berusaha bangun, tapi tidak mampu karena urat di dekat lututnya terluka cukup hebat. Oleh karena kakinya lumpuh, maka terpaksa sambil duduk Lastri menahan datangnya senjata dengan memutar pedangnya secara luar biasa sekali. Akan tetapi, dalam keadaan seperti itu tentu saja dia tidak mampu melawan lima pedang dan sebuah tongkat yang seakan-akan berlomba hendak berebut duluan mencabut nyawanya. Pundaknya kini kena serempet tongkat Si Iblis Betina, membuat lengan kirinya juga lumpuh.

Pada saat itu terdengar teriakan menyeramkan. Mahesa tahu-tahu sudah melindungi Lastri, dan langsung memondong istrinya sambil memutar-mutar pedangnya menangkis gempuran para pengeroyok. Lastri yang dipondong juga masih mengayunkan pedangnya untuk menangkis hujan senjata.

"Kalian orang-orang tidak tahu malu!" seru Lintang dan cepat menggerakkan pedang menangkis tongkat Si Iblis Betina yang hampir mengenai kepala Lastri.

"Terima kasih, Guru!" teriak Lastri, pipinya basah oleh beberapa butir air mata yang menetes.

"Ha..ha..ha..! Akhirnya kamu turun tangan juga Lintang!" Ki Kalong Wesi mengejek dan bersama yang lain-lain mereka lalu menerjang ke arah Lintang.

Teriakan melengking yang tinggi dan nyaring mengiringi berbagai senjata yang mengurung Lintang.

Menyaksikan itu Arum menjerit dan menggenggam gagang senjatanya kuat-kuat. Tapi ia ingat pesan suaminya. Pada waktu itu, Ki Kalong Wesi, Si Iblis Betina, Ki Bajul Brantas, Pendekar Golok Maut dan Pendekar Cebol yang telah menjadi marah sekali menerjang Lintang dari berbagai arah.

"Cak Mahes, terima kasih..!  Aku rela mati meski...," kata Lastri, akan tetapi tubuhnya menjadi lemas dan ia pingsan dalam pondongan suaminya.

"Mahes, bahwa Lastri mundur!" Arum berteriak lantang dari atas anak tangga puri.

Betapa pun hebatnya Lintang, menghadapi pengeroyokan lima orang tokoh itu ia cukup repot sekali. Apa lagi ia harus melindungi Mahesa yang memondong Lastri agar bisa keluar dari kepungan. Ketika ia menangkis sambaran tongkat Si Iblis Betina, ia juga harus dapat menghindar dari dua cakaran maut yang dilakukan oleh Ki Kalong Wesi.

"Berani kau menerima golok mautku ini?" Tiba-tiba Pendekar Golok Maut meloncat maju dan sekuat tenaga membacok leher.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun