"Siapa kalian berani membuat kegaduhan di sini?" tiba-tiba terdengar teguran halus penuh kharisma. Nampak seorang pendekar tua memegang tongkat dan mengayunkan ke barisan di depan. Delapam orang anak langsung terlempar dan jatuh bergulingan.
Orang tua yang merupakan ketua Perguruan Kera Putih itu terheran-heran melihat seorang pemuda yang berada di antara barisan depan tadi yang tidak bergeming oleh sambaran tongkatnya, malah sekarang berdiri tegak di hadapannya dengan mata memendam amarah.
"Ki Tejo! Berani kau memukul kami, murid-murid Macan Abang? Tidak malukah orang tua seperti kamu ini memukul anak-anak kecil?"
"Ah.., rupanya kau Si Pendekar Cebol. Bukankah kalian yang mendahului menyerang murid-murid kami!" balas Ki Tejo berhati-hati sambil tersenyum sabar.
"Mana mungkin kami yang hanya dua puluh orang menyerang kalian? Kami hanya membela diri!"
"Baiklah, jika dalam hal ini murid kami yang salah, aku minta maaf. Sekarang kalian pergilah!"
"Enak saja kau bicara! Tidak bisa!" Pendekar Cebol membantah. "Kau yang mengatakan bahwa pendekar-pendekar yang keluar dari perkumpulan Arum adalah pendekar kampung kelas anjing?"
"Siapa yang bilang begitu?" Merah muka Ki Tejo menahan amarah.
"Akui saja kalau kamu memang jantan!"
"Hemm.., sebetulnya mau kalian apa?"
"Aku harus balas memukulmu!"