"Aku juga tidak akan tinggal diam!" jerit Arum segera berdiri di samping ayahnya.
"Arum, minggir kamu!" teriak Mpu Naga serius.
"Aku tidak akan minggir!" balas Arum sambil menititkan air mata.
Tulus pun meloncat dengan cepat, "Maaf Guru, mohon ijinkan saya mewakili anda!"
Kedua Pendekar Jeliteng langsung ingat Tulus, pemuda yang dulu pernah menantangnya di depan Langgar Al Akbar. Tanpa ragu mereka berdua langsung mengepungnya. "Kita punya urusan yang belum selesai, anak muda!"
Di saat bersamaan Pendekar Golok Dewa juga langsung menyerang Mpu Naga. "Siapapun yang melindungi musuh kerajaan harus mampus!"
Setelah berlangsung belasan jurus ternyata kedua Pendekar Jeliteng belum mampu merobohkan Tulus, malahan mereka berdua yang kadang menerima pukulan dan tendangan balasan pemuda itu. Tanpa malu-malu lagi, mereka berdua lalu mengeluarkan senjata pisau Pancanaka andalan, dan kemudian mengirim serangan bertubi-tubi mengurung lawan.
Suara hiruk-pikuk golok dan tongkat berkelebat dan berkilauan di selingi jerit kesakitan. Keringat mengucur keluar bercampur darah membasahi tanah. Kemampuan silat Mpu Naga dan Golok Dewa tampak seimbang, tetapi Golok Dewa masih unggul di bagian tenaga dalamnya, sebab ia jauh lebih muda.
Terdengar suara keras ketika pukulan tangan Tulus dengan jitu menghantam pipi Ki Paidi Jeliteng, pukulan yang cepat sekali datangnya hingga darah segar muncrat dan beberapa giginya yang rontok terlontar sampai jauh. Tak berselang lama, sebuah tendangan mendarat di dada Ki Paimo dan tubuh pendekar kawakan itu terpental ke belakang dalam keadaan muntah darah.
Ki Paimo masih bisa bangkit tapi kepalanya pening dan pandangannya sedikit kabur. Ki Paidi memegang mulutnya yang pecah dan darah mengucur deras melewati jari-jarinya. Mereka sadar seandainya pemuda itu berniat menghabisi nyawa mereka, pasti saat itu akan mudah ia lakukan. Pasti kedua pendekar jeliteng itu sudah dijemput malaikat maut. Akan tetapi Tulus hanya berdiri sambil menatap tajam bergantian ke arah mereka berdua, menanti serangan berikutnya.
Pendekar Golok Dewa semakin sengit mendesak Mpu Naga, dan itu membuat semangatnya semakin menyala-nyala. Akhirnya ia berhasil membabat putus tongkat Mpu Naga, dan setelah itu beberapa kali sabetan goloknya merobek baju dan menggores kulit Mpu Naga. Ketika akhirnya golok itu sudah terangkat tinggi hendak membacok ke arah kepala yang sulit dihindari oleh Mpu Naga, tiba-tiba ada sambaran datang dari samping yang membuat arah serangan golok itu terpaksa berubah.