Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (22): Warisan Kitab Pusaka

8 Juli 2024   05:59 Diperbarui: 8 Juli 2024   06:08 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa kitab ini hanya satu-satunya?" tanya seseorang.

"Ini mungkin salinannya, tapi yang asli sampai sekarang tidak pernah ditemukan!" sahut seorang tamu Ki Sugyarta, "Aku pernah dengar memang ada beberapa salinannya, tapi sudah mengalami beberapa perubahan, karena ada upaya dari orang-orang yang ingin menyesuaikan isinya dengan keinginan mereka! Tapi upaya itu justru menghasilkan kejanggalan, meskipun dengan tingkatan mutu yang tampak seolah-olah lebih tinggi!"

"Sebentar, kamu bilang bahwa kitab ini hendak kamu berikan kepada Raden Suto," urai Ki Sugyarta, "Yang adalah ayahmu yang sudah almarhum, berarti kitab ini adalah buatmu. Kamulah pewarisnya!"

"Hm.., benar juga!"

"Oh iya, Japa!" Seorang tamu bertanya, "Kamu tadi bilang mendapatkan kitab ini dari Eyang Dhara, siapakah dia?"

***

Keesokan harinya, Japa membersihkan rumah Raden Prawira. Warga kampung di situ menjadi saksi bahwa dirinyalah yang paling berhak memiliki rumah itu. Sebelumnya tidak ada seorang pun yang berani menempati, khawatir kalau akan disangkut-pautkan dengan soal penggelapan harta rampasan perang. Mereka yang peduli juga mengingatkan Japa agar selalu waspada jika ada orang asing.

"Demi keselamatanmu," pesan seorang tetangga yang baik hati, "Jangan pernah mengaku bahwa kamu masih kerabat Raden Prawira!"

"Jika ada tamu asing, sebaiknya kamu lari lewat pintu belakang!" pesan tetangga yang lain.

Sang surya baru saja tergelincir di ufuk barat, mengakhiri tugasnya menerangi semesta pada hari itu. Rumah yang sudah tampak lumayan bersih itu sedang didatangi oleh dua orang berkuda. Mereka berperawakan gagah dan berwajah cukup sangar.

Saat mendengar suara derap kaki kuda memasuki pelataran, Japa segera keluar menyambut dengan ramah. "Ada yang bisa saya bantu paman?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun