"Selamat sore!" jawab Ki Sugyarta yang merupakan tuan rumah, "Silakan ki sanak, ada apa?"
"Maaf, apakah bapak tahu ke mana Raden Prawira pindah?" tanya Japa yang jelas membuat ketiga orang itu semakin penasaran.
"Ki sanak siapa dan dari mana?" Ki Sugyarta balik bertanya. Mimik mukanya berubah serius.
"Saya Japa Dananjaya. Saya adalah salah seorang putra Raden Prawira!"
"Ya Gusti," seru Ki Sygyarta nyaris tak percaya. "Japa yang dulu diculik orang di hutan?"
"Benar paman!"
 Gerimis di luar telah berubah menjadi hujan deras. Sekali waktu kilat menyambar-nyambar, kemudian diiringi halilintar menggelegar. Bukan main terkejutnya Japa setelah mendengar penuturan Ki Sugyarta dan kedua orang tamunya. Rumah Raden Prawira ternyata sudah sekitar sepuluh tahun dalam keadaan kosong. Pemiliknya, Raden Prawira dan semua keluarganya, meninggal dunia akibat terbunuh dalam serangan hebat sekelompok orang tak dikenal. Kejadiannya berselang tepat tiga hari setelah Japa dikabarkan diculik.
Salah satu berita yang tersebar di luar, itu dikarenakan Raden Prawira dituduh mencuri harta milik Ki Suto Gumilar. Konon harta Ki Suto itu berasal ayahnya, yang diperoleh dari rampasan perang yang disembunyikan oleh komplotannya. Lantaran itu pula, sekitar enam belas tahun yang lalu Ki Suto dibunuh. Kemudian istrinya yang tengah mengandung anak pertama dinikahi oleh Raden Prawira.
"Apa..apakah.., yang dimaksud istri Raden Prawira itu adalah yang bernama Roro Sekar?" tanya Japa dengan suara terbata-bata.
"Betul." Jawab Ki Sugyarta singkat, "Dia adalah ibumu?"
Japa lebih terkejut ketika menyadari bahwa itu artinya Raden Suto Gumilar adalah ayah kandungnya, bukan Raden Prawira. Semua orang yang mendengar hal itu pun bisa menyimpulkannya sendiri.