Aku pun menurutinya dengan senang hati. Tidak ada jalan setapak. Aku harus jinjing sepeda melewati beberapa tanaman perdu, kemudian berdiri membelakangi sebuah jurang, lengkap dengan pemandangan awan tipis berarak di langit biru. Betul sekali. Aku sepakat dengannya. Latar belakang yang indah.
"Agak mundur!"
"Okay..!" Aku mundur melewati sebuah pohon paling pinggir.
"Mundur lagi!"
"Wei, ini sudah di pinggir jurang tahu!"
"Ha..ha..! Sebentar! Saya boleh atur 'aperture'nya?" Ia lalu mengutak-atik mencari aplikasi kamera.
"Ha? Aperture, apa itu?"
"Ini untuk mengatur berapa banyak cahaya yang masuk. Jadi akan menentukan hasil fotonya terang atau gelap, selain itu juga mengatur backgroundnya blur atau fokus!"
Aku hanya melongo mendengar uraiannya. Rupanya dia juga ahli soal kamera handphone dan soal fotografi.
"Kamu tahu, ini kameranya sudah lima puluh megapixel, pakai teknologi pixel binning 4 in 1, jadi detil foto cukup baik, dan reproduksi warnanya menyerupai aslinya!"
"Hmm, oh iya!" Ya Allah! Aku jadi merasa dungu di hadapannya. Selama ini aku hanya tinggal klik foto saja beres.