"Ah, buat apa. Lagunya jelek kok, Mam." Di luar jangkrik mulai lagi angkat suara. Ibu mengambil gitar dari tempat tidur. Dia sandarkan di dada dan mulai menyetem nada.
"Mm...mmm...mm.." Ibu mulai bersenandung. Mulanya aku tidak peduli. Tapi hei, itu laguku, Mam!
"Mam, bukan gitu nadanya, gini mmm..mmm...mm." Aku mengoreksi dan melantunkan lagu itu. Ah si Mama, bisa saja memancing responku. Mama tersenyum sambil memetik senar. Kami adalah pecinta akustik dan kalau sedang asyik, satu dua album lagu bisa kami mainkan.
Plok..plok..plok...ada tepuk tangan ketika aku mengakhiri lagu. Spontan aku berdiri dan membalik. Kursi sampai terjungkal ke lantai.
Ganda berdiri di muka pintu. Aplausnya dari tepukan tangan ayah.
"Ayo, kita ke ruang tamu semua. Ganda ada bawa kue buatan sendirinya, kue apa ini Gan?" Ayah pura-pura tidak melihat ke arahku.
"Bolu Kukus Sukun, Tulang." Giliran Ganda yang pura-pura tidak melihat ke arahku. Sudahkah kubilang kalau Ganda jago bikin kue? Mama saja kalah sama dia.
Jangkrik-jangkrik ikut bernyanyi ketika kami menyanyikan Selamat Panjang Umur.
"Tunggu dulu. Ga sah kalau ga niup lilin. Aku ambil bentar di dapur." Aku menginterupsi sambil buru-buru pergi ke belakang.
"Sekalian pisaunya Cit dan serbet!" timpal Ibu. Mana lilin-lilin itu, cariku. Sekali ini harus kena kau, Gan! seruku dalam hati. Nah, ini dia! Yess, aku lalu mengambil pisau dari laci.
"Hei!! Umurku kan belum sebanyak itu, Cit!" protes Ganda ketika aku menancapkan lilin-lilin di atas bolu kukus sukunnya.