"Kasihani nyonya, pengemis tua, nyonya!"
Kalimat yang mungkin bisa menimbulkan iba bagi orang  lain, bagi tuan Hadi Wiyono malah menimbulkan rasa jengkel.  Seandainya dia sedang  berada  sendirian,  mungkin  pengemis itu sudah diusirnya.
"Ambilkan dompetku!" kata nyonya Hadi Wiyono  pada  salah seorang putrinya. Dompetnya memang dimasukkan  ke dalam tas besar tadi.
"Ah, engkau ini, bu!" seru tuan Wiyono kesal.
"Biarlah  pak!"  balas  istrinya  cepat,  tanpa  memberi kesempatan suaminya melanjutkan larangan yang lain.
"Ambilnya sulit, bu!" jawab putri tertuanya dari dalam.
"Ah, masa!" seru nyonya Hadi Wiyono. "Ayolah cepat!"
"Ini bu!"  kata putri tertuanya  beberapa  saat  kemudian sambil mengulurkan dompet berwarna kuning emas itu keluar. Dompet itu tampak mengembung gemuk. Tentu banyak uang di dalamnya. Wanita itu menerima dompetnya dan menarik selembar lima ribuan.
"Ini  pak!"  kata  nyonya Hadi  Wiyono  sambil  mengulurkan uang  pada pengemis tua di depannya.
"Terima kasih banyak nyonya," seru pengemis tua itu  dengan suara  lemah. Dia sedikit membungkukkan badannya ketika menerima uang. Nyonya Hadi Wiyono tersenyum.
"Hati-hati ya, pak!" pesannya kemudian. Nyonya Hadi Wiyono seperti khawatir pengemis tua itu tidak bisa menjaga dirinya dengan baik.