Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Kontemporer: Nasihat Seorang Pengemis

14 Maret 2021   15:55 Diperbarui: 14 Maret 2021   21:16 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika matahari mulai menampakkan sinarnya,  semuanya sudah siap. Berangsur-angsur semua perbekalan yang hendak mereka bawa diangkut dan dinaikkan ke atas Kijang station berwarna abu-abu itu.  Sopir keluarga Hadi Wiyono dan seorang  pembantu berkali-kali menaikkan tas-tas. Mereka berdua juga akan ikut serta.

Rumah memang akan ditinggalkan kosong tetapi dua hari sebelum keberangkatan, Hadi Wiyono sudah meminta  tolong kepada tetangga sebelah untuk sekedar melihat-lihat dan memperhatikan rumah mereka. Tentu saja tetangga sebelah tidak keberatan dengan permintaan sederhana itu.

Sepuluh menit  kemudian,  pintu pagar  dikunci  oleh  Hadi Wiyono  sendiri.  Setelah mengantongi kuncinya dan  sekali  lagi memandang  rumahnya,  Hadi  Wiyono  melangkah  ke  mobil  yang pintunya  terbuka.  Mesin Kijang  mendesis perlahan.  Halus dan meyakinkan.

Bulatan merah sudah semakin menyilaukan mata, ketika  kijang abu-abu mulai meluncur. Semua yang di  dalam kijang berseri-seri gembira. Perjalanan melancong selalu menggembirakan, apalagi bagi yang baru pertama kali mengunjungi  tempat  tujuan. Berbagai bayangan   keindahan  selalu mendatangkan kegembiraan bagi mereka.

Sekarang sudah sepuluh menit. Percakapan ringan  terdengar, sebelum  tiba-tiba  istri  Hadi  Wiyono  seperti  berseru  heran. Kemudian wanita setengah baya yang masih cantik itu, membuka dan memeriksa dompetnya.

"Ya, ampun,"  katanya kemudian pada suami  di  sebelahnya. "Obatku  ketinggalan,  pak! Padahal tadi  sudah  kusiapkan tetapi mungkin aku lupa memasukkan ke dompet!"

"Obat apa, bu?" tanya suaminya.

"Obat  dari  dokter lima hari yang lalu,"  jawab  istrinya. "Dokter mengatakan agar tidak lupa terus diminum  sampai obat itu habis sama sekali.  Bagaimana kalau kita kembali sebentar, pak?"

Hadi Wiyono mengangguk.

"Pak Kirman kita kembali dulu! Ada yang tertinggal"

Sopir menganggukkan kepalanya. Menyalakan lampu sein  kiri, merem  dan  meminggirkan kendaraan.   Setelah menunggu  beberapa  saat, dan keadaan  lalu lintas  dari  belakang sepi,  pak Kirman memutar mobilnya. Beberapa  saat  kemudian, mobil meluncur ke arah sebaliknya. Matahari  sekarang terang bersinar, menjanjikan hari yang cerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun