"Mungkin dalam suratnya, Kang!" si Kumis lebat menebak.
"Mungkin saja. Akan kita lihat, ada atau tidak nama pengirimnya."
Amplop disobek. Sebuah kartu berwarna kuning gading dengan tulisan coklat muda, ditarik keluar.
"Nama pengirimnya tidak ada di sini," kata Bronto. "Tetapi si Purwanto pasti tahu siapa pemberi hadiah. Huh, sulit mencari polisi yang benar-benar bersih dan bebas dari pemberian hadiah! Ayo kau buka bungkusannya. Aku ingin tahu hadiah macam apa itu?"
 Tangan si Cambang lebat menari-nari menyobek kertas pembungkus kedua. Sebuah sampul kembali terlihat begitu lapisan pembungkus kedua habis tersobek tetapi seperti sampul yang pertama tadi, tidak ada nama pengirim, sedang nama Kolonel Purwanto kembali di sebut-sebut.
"Buka lagi!" perintah Bronto.
Si Cambang lebat, kembali memainkan tangannya. Di samping perampok ulung, laki-laki yang satu ini ternyata ahli menyobek kertas. Lapisan kertas yang ketiga dengan mudah terbuka. Tidak ada sampul sekarang. Cuma kertas pembungkusnya berbeda dengan yang di luar tadi. Kertas pembungkus yang sekarang berwarna putih bersih, dengan gambar lencana kepolisian di tengah-tengah. Lencana hitam itu menyolok sekali.
"Huh, pandai juga orang ini mengambil hati si Purwanto," gerutu Bronto tidak senang. "Lencana kepolisian disertakan sebagai hadiah Tahun Baru."
"Buka lagi pembungkusnya. Eh ... tunggu dulu!"
Si Cambang lebat yang sudah mengulurkan tangan, urung bergerak.
"Coba kau keluarkan golokmu!" perintah Bronto. "Aku tidak sabar kalau harus menunggu kertas pembungkus ini tersobek selembar demi selembar. Sobek semua pembungkusnya!"