Tepat tanggal 22 Mei di RS. Polri aku berdiri di depan jejeran peti-peti jenazah dengan foto para korban. Ku pandang satu peti jenazah yang di atasnya tepajang foto Cinta berseragam magic hitam itu, hatiku sesak menahan tangis. Berkali-kali ku cubiti tubuhku memastikan kalau ini bukan mimpi buruk.
Untuk pertama kalinya ku antar Cinta masuk tepat di gerbang perusahaannya. Ribuan rekan kerja berkumpul di halaman perusahaan untuk memberi penghormatan terakhir pada cinta. Rangkai bunga bela sungkawa, doa dan shalat jenazah untuk cinta dan rekan kerja seoarang cameramen. Dan aku tak dapat lagi menahan rasa sedih yang menyelimuti hatiku, dia pergi setelah mengisi banyak cinta di hatiku,di hati bunda, ayah, dan banyak orang lain. Hari ini seakan langit Jakarta ikut menangis atas kepergiaan Cinta. Ku bacakan sedikit cerita kami di hadapan ribuan karywan TV yang memiliki seragam magic itu.
“Cinta…
Banyak cerita cinta yang kau lukis di langit Jakarta ini, banyak tawa yang kau tularkan pada wajah-wajah sedih. Masih teringat jelas dalam benakku saat kau mengajaku ke daera kumuh dan bilang mereka keluargaku. Bagaimana kau bilang kalau cinta hidup bukan pada darah namun pada hati. Kau mengisi banyak cinta pada hati orang lain tanpa berharap orang lain akan membalasnya. Selamat Jalan Cinta doa kami melepas kepergianmu. Tenanglah dalam pelukanNYA, percayalah kau hidup dalam tiap cinta yang ada di bumi.
I love you, Cinta
Radit
Jakarta. 22 Mei 2012
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H