Mohon tunggu...
Dewy Trinra
Dewy Trinra Mohon Tunggu... -

Belum bisa mengdeskripsikan diriku sendiri tp yg aq tahu aku bahagia dengan kehidupanku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jutaan Cerita Cinta di Langit Jakarta

22 Agustus 2013   09:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:59 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Apa yang loe lakuin? Gue fikir hanya cowok saja yang nakal ternyata wanita seperti loe juga bisa nakal”

Dia  tersenyum begitu manis dan seolah tanpa beban atau merasa malu telah melucuti pakaianku. “Maaf, semalam gue minta teman sebelah kamar lepasin kaos dan jeans loe, soalnya lutut loe banyak sekali ngeluarin darah, gue takut infeksi karena jeansnya kotor. Tenang aja teman gue cowok  kok”

“kenapa loe, bawah gue ke kost bukan ke rumah sakit? apa karena loe tahu gue anak orang kaya dan loe ingin dekat sama gue? Modus murahan” Aku tak terbiasa berbicara manis dengan orang lain selain bunda mungkin karena dalam kehidupanku tak pernah ada yang manis. Lagi-lagi dia hanya tersenyum geli dan ku lihat seragam yang di pakainya adalah seragam suatu pertelevisian swasta yang terkenal di Jakarta, seragam hitam yang elegan dengan logo corporate di kedua bahunya. Seragam magic, begitu kata kebanyakan orang di Jakarta saat melihatnya.

“Maaf ya, semalam itu yang nolongin loe teman-teman kantor gue. Kenapa gue bawah loe kesini, bukan ke rumah sakit itu karena uang gue sisa buat makan, loe tahukan rumah sakit di Jakarta bagaimana persyaratanya, dan gue juga lihat loe cuma lecet aja. Tapi kalau loe mau kerumah sakit gue anterin” dia lalu tersenyum lagi dan menyedorkan sarapan yang telah dibuatnya dan obat antibiotik . Aku merasakan wanita dihadapanku ini begitu tulus, senyumnya seperti menghangatkan hati.

“Terima kasih, maaf gue sudah salah paham. Gue, Radit” ku ulurkan tanganku yang masih perih

“Gue, Cinta.

***

Seminggu ini, aku tinggal dikamar kontrakan yang kecil, tak ada yang tahu kalau saja aku telah bersembunyi sejenak dari ribuan pertanyaan kenapa dalam kepalaku. Seminggu ini aku mengenal sosok wanita yang mungil dan seolah hidupnya dipenuhi rasa cinta seperti namanya, tak pernah ku dengar rasa keluh kesah keluar dari mulutnya. Sejenak ia mengajakku keluar dari zona nyaman, dari kerajaan yang menggungkung jiwaku dengan limpahan materi, dan menampar sifat aroganku karena merasa memiliki segalanya. Kami menikmati langit Jakarta di Bundaran HI berkumpul dengan ratusan remaja lainnya, lalu mencoba naik busway berdesak-desakan dengan pengunjung lain, merasakan sesak dalam satu angkutan umum dan makan di warteg samping kontrankannya.

Bersamanya ku rasa pertanyaan kenapa seketika hilang dalam fikiranku. Hari terakhir bersamaanya, kami ke Ancol sebelum aku harus kembali kerumah mewah yang terasa seperti panggung sandiwara dan penghuninya seperti aktor dan artis yang handal. Senja di langit Jakarta memang begitu cantik, meski Jakarta penuh dengan seribu macam masalah yang belum bisa di tuntaskan para algojo-algojo negeri ini. Aku ingin menikmati senja dari ketinggian bersamanya, bersama Cinta di gondola Ancol.

“Cin, maaf selama ini gue banyak repotin loe” perlahan ku lempar senyumku untuknya.

“Santai aja, besok-besok gue juga pasti butuh bantuan orang lain”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun