Nyanyian itu terdengar lirih dari belakang. Wanita itu hanya berharap akan satu hal bahwa besok matahari harus masih bersinar, sebab jangan terjadi kiamat sebelum dendamnya terbalas. Â Â Â Â
Kemudian lolongan sekelompok serigala terdengar kembali. Lolongan yang lebih nyaring dan panjang.
Sesungguhnya, di tempat itu belum pernah ditemukan seekorpun serigala.Â
***
Santa Fe meluncur dengan cepat di jalan tol.
Ramos duduk di samping sopir sambil membaca puluhan lembar data yang ditulis tangan oleh Untung. Agar lutut kakinya terasa nyaman, kursi yang didudukinya digeser sampai penuh ke belakang karena tubuhnya yang tinggi besar. Sejak berangkat dari Bekasi atau sekitar duapuluh menit yang lalu, belum terjadi percakapan sepatahpun di dalam mobil.
"Sepertinya aku mendapat kesusahan," Ramos menggumam sambil tetap memandang kertas-kertas yang ada di tangannya, "Tulisan-tulisan ini, minta ampun, sama sekali tidak bisa dibaca."
"Nama saya Rina Sri," si sopir memperkenalkan dirinya sambil tersenyum, "Itu ulah Pak Untung."
 "Maksud Anda?" tanya Ramos.
"Panggil saya Rina saja pak," jawab Rina sambil tetap fokus mengendarai mobil, "Benar juga tebakan Pak Untung, agar ada perbincangan di antara kita, Anda harus dipancing terlebih dahulu."
 "Maksudmu kertas-kertas ini..."       Â