"Aku setuju, Sobat. Wabah ini datang seolah untuk menunjukkan apa tujuan kita terlahir di sini. Saatnya kita genapi takdir kita ini!" kata Bang Belim setuju dengan pendapat Ko Abing.
"Belim, terima kasih sudah menjadi sahabatku! Kamu adalah sahabat sejati yang menemani sampai akhir."
"Sama-sama Bing, jika ada kehidupan mendatang, kita janji ketemu lagi, ya."
"Tapi nanti aku ingin minta sama Tuhan, biar terlahir tidak sedekil sekarang nih."
"Kamu pilih saja ibu yang suka makan bengkuang. Hahahaa...!"
Akhirnya, Bang Belim dan Ko Abing merelakan dua buah terakhir itu untuk seorang ibu dan anaknya.
"Cepat dimakan buahnya, Bu! Ibu harus segera sembuh!"bujuk Bang Belim.
"Bagaimana aku tega memakan buah yang tersisa ini, Bang?Abang sendiri juga sakit, kan?"ujar ibu itu bercucuran air mata.
"Anak Ibu masih sangat membutuhkan kasih sayang. Ibu harus merawatnya dengan baik. Makanlah, Bu! Kami berdua tidak apa-apa!"Ko Abing ikut membujuk.
"Sungguh mulia hati kalian berdua! Ayo, Nak, ucapkan terima kasih kepada dua abang ini!" kedua anak beranak itu hampir bersujud menyatakan terima kasihnya yang tak terhingga.
"Jangan, Bu! Hanya Allah SWT yang pantas kita sembah dan muliakan!"