Mohon tunggu...
TONI PRATAMA
TONI PRATAMA Mohon Tunggu... Administrasi - Kepala Bagian Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Daerah Bangka Selatan

Saya mulai fokus menulis sejak tahun 2023 dengan menerbitkan 2 buku solo dan belasan buku antologi. Salah satu karya saya berupa novel diterbitkan penerbit Bhuana Ilmu Populer (BIP) Gramedia Group. Prestasi yang pernah saya raih yaitu juara 1 lomba menulis cerita rakyat yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Arsip Bangka Belitung tahun 2023. Menulis dan membaca tentu menjadi kegiatanku saat waktu luang. Semoga bisa terus berkarya, karena ada kalimat yang sangat menginspirasiku: JIKA KAMU INGIN MELIHAT DUNIA MAKA MEMBACALAH, JIKA KAMU INGIN DILIHAT DUNIA MAKA MENULISLAH!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Persahabatan Sejati di Batu Belimbing

9 Agustus 2024   08:05 Diperbarui: 9 Agustus 2024   08:13 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Sang ibu dan anak pun memakan buah terakhir pemberian Bang Belim dan Ko Abing dengan berurai air mata. Kedua sahabat itu tersenyum menahan haru.

"Kamu hebat, Belim!" bisik Ko Abing.

"Berkat sahabat yang hebat seperti dirimu, Bing!" balas Bang Belim.

Bang Belim dan Ko Abing pun tidak tertolong dan meninggal dengan wajah bahagia. Mereka telah menang akan maut karena meraih makna hidup yang sesungguhnya. Hidup mereka menjadi berguna bagi orang lain.

Keduanya wafat pada hari yang sama. Seluruh warga kampung meratapi kepergian kedua sahabat itu. Mereka semua telah berhutang budi jasa kepada Bang Belim dan Ko Abing.

Sebelum meninggal, kedua sahabat itu memeberikan sebuah pesan terakhir. Mereka berdua meminta untuk dimakamkan berdampingan. Tempat peristirahatan terakhirnya ditunjuklah dekat tempat mereka berdua selalu menikmati matahari terbenam.

Warga kampung pun memenuhi permintaan terakhir kedua pahlawan mereka itu. Dengan deraian air mata, para warga melepas kepergian kedua sahabat itu. Bang Belim dan Ko Abing telah pergi untuk selamanya.

Tujuh hari setelah kedua sahabat itu dimakamkan, terjadi fenomena alam yang aneh. Ribuan burung walet tiba-tiba terbang dan bermain di atas langit kampung mereka, seolah-olah memberitahukan sebuah kabar gembira. Burung-burung itu bernyanyi dan menari memenuhi langit. Sebuah atraksi yang tak pernah terjadi sebelumnya.

Tiba-tiba seseorang berteriak, "Ada batu besar di makam Bang Belim dan Ko Abing!"

Maka, seluruh warga kampung berbondong-bondong menuju tempat kedua sahabat itu dimakamkan. Aneh bin ajaib! Entah dari mana bisa muncul sebuah batu raksasa di atas makam Bang Belim dan Ko Abing.

"Masya Allah! Allah Maha Besar!"seru warga kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun