Kedua sahabat itu begitu akrabnya bercengkerama setiap sore. Di alam pikiran Belim dan Abing cilik dunia begitu indah dan sempurna. Imajinasi kekanakan mereka berkembang seiring waktu menjadi akal pikiran dewasa yang bijaksana.
Waktu berlalu begitu cepat dan puluhan tahun berlalu sekejab mata. Â Belim dan Abing telah tumbuh dewasa. Suatu ketika, terjadi wabah penyakit di kampung mereka.
Banyak warga yang jatuh sakit. Gejalanya demam tinggi disertai batuk yang berkepanjangan. Ada juga yang mengalami sesak nafas secara tiba-tiba.
Wabah itu cepat sekali menular. Hanya dalam hitungan minggu, hampir seluruh warga kampung sudah tertular.
Semua ramuan obat belum ada yang dapat menyembuhkan para warga yang sakit. Korban jiwa mulai berjatuhan terutama orang tua dan anak-anak. Keadaan sangat memprihatinkan!
Bang Belim dan Ko Abing pun tak luput dari serangan penyakit aneh tersebut. Keduanya menderita demam tinggi sudah beberapa hari. Nafsu makan pun hilang sehingga mereka tampak lebih kurus dari biasanya.
Oh,Tuhan! Bagaimanakah cara menyembuhkan wabah ini?
Suatu malam, keduanya mendapat mimpi yang sama. Mereka didatangi seorang tabib sakti di seberang lautan. Tabib itu menyatakan dapat menyembuhkan penyakit yang sudah merajarela.
Tanpa berpikir panjang, kedua sahabat itu pun langsung berlayar dengan perahu milik Bang Belim. Mereka bertekad untuk mencari tabib sakti yang hadir dalam mimpi mereka.
"Ayo kita cari tabib sakti itu!"
Setelah berlayar seharian, mereka berhasil menemukan tabib sakti itu. Sang tabib bangun dari semadinya dan menyambut kedatangan keduanya. Ia lalu memberikan mereka obat berupa sejenis buah berbentuk unik.