Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Praxsis Kedaulatan Pangan di Indonesia dan Implikasinya Pada Mubazirnya Pembangunan Infrastruktur Irigasi

27 Desember 2024   11:46 Diperbarui: 27 Desember 2024   11:50 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI -- Pangan dan Energi. (NUSANTARANEWS.CO

Pembangunan irigasi harus diarahkan untuk memperkuat kedaulatan pangan melalui pemberdayaan petani kecil, peningkatan akses terhadap teknologi pertanian, dan pemanfaatan sumber daya lokal.

Pembangunan infrastruktur irigasi di Indonesia masih lebih menekankan pada aspek keamanan pangan daripada kedaulatan pangan. Ketergantungan pada paradigma developmentalisme menciptakan kesenjangan antara infrastruktur fisik dan kebutuhan sektor pertanian. Tanpa perlindungan terhadap lahan sawah dan perbaikan tata kelola, upaya ini berisiko menjadi investasi yang tidak efektif. Sebagaimana diingatkan oleh Rosset (2006), kedaulatan pangan hanya dapat dicapai melalui kebijakan holistik yang menempatkan petani lokal sebagai aktor utama dalam sistem pangan nasional.

Belajar dari Keberhasilan Orde Baru dalam Swasembada Pangan 1984

Pemerintah saat ini, baik di bawah Presiden Joko Widodo maupun Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, semestinya dapat mengambil pelajaran dari keberhasilan swasembada pangan yang dicapai Orde Baru pada tahun 1984. Berikut rekomendasi berdasarkan keberhasilan tersebut:

1. Investasi yang Tepat Sasaran

Pemerintah Orde Baru memprioritaskan investasi langsung ke sektor pertanian, terutama pada pembangunan jaringan irigasi, subsidi pupuk, dan benih unggul. Pemerintah saat ini harus mengalokasikan anggaran ke program yang secara langsung mendukung produktivitas petani dan lahan sawah, daripada fokus pada proyek besar yang kurang relevan seperti bendungan multi-fungsi.

2. Rentang Waktu yang Realistis

Swasembada pangan 1984 dicapai dalam rentang waktu sekitar 15 tahun melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi yang berkesinambungan. Pemerintah perlu merancang target yang terukur dengan tahapan pencapaian jelas, misalnya 5 tahun untuk rehabilitasi irigasi eksisting dan 10 tahun untuk pembangunan irigasi baru yang efektif.

3. Tahapan Pencapaian yang Terencana

Intensifikasi: Peningkatan produktivitas sawah eksisting melalui penerapan teknologi pertanian, penyediaan irigasi, dan subsidi pupuk.

Ekstensifikasi: Pembukaan lahan sawah baru dengan infrastruktur pendukung yang memadai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun