Mohon tunggu...
Tiara Aisyah
Tiara Aisyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Mercu Buana

Nama: Tiara Aisyah Shafarina NIM: 43222010036 Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik Dosen: Prof.Dr.Apollo , Ak , M. Si. Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tugas Kuis: Diskursus Jeremy Bentham's Hedonistic Calculus dan Fenomena Kejahatan Korupsi di Indonesia

14 Desember 2023   15:43 Diperbarui: 14 Desember 2023   16:34 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penerapan kalkulus hedonistik dalam korupsi juga dapat menjelaskan mengapa masyarakat sering kali terlibat dalam tindakan suap-menyuap. Masyarakat yang merasa tidak memiliki privilege atau tidak memiliki akses yang memadai ke layanan publik tertentu, seperti perizinan atau layanan kesehatan, mungkin melihat suap sebagai satu-satunya cara untuk memperoleh kebutuhan hidup mereka. Dalam konteks ini, korupsi menjadi solusi sementara yang dianggap memberikan keuntungan pribadi. Sebagai contoh, kita dapat mengevaluasi dampak korupsi dari sudut pandang intensitas, durasi, kepastian, keakraban, propinquity, produktivitas, dan kemungkinan konsekuensi jangka panjang.

  • Intensitas

Seberapa besar dampak korupsi terhadap masyarakat? Korupsi yang merajalela dapat menciptakan ketidaksetaraan ekonomi mauoun sosial, dan dapat membatasi akses ke layanan publik, serta merugikan ekonomi suatu entitas, sehingga meningkatkan penderitaan di masyarakat.

  • Durasi

Seberapa lama korupsi telah menjadi masalah di Indonesia? Jika korupsi telah berlangsung dalam waktu yang lama, dampak negatifnya mungkin semakin terasa dan menyebabkan penderitaan bagi masyrakat yang lebih lama.

  • Kepastian

Sejauh mana masyarakat yakin bahwa pelaku korupsi akan dihukum? Jika sistem penegakan hukum tidak efektif atau tumpul dan pelaku korupsi selalu diringankan atas sanksinya, kepastian hukum yang rendah dapat meningkatkan penderitaan masyarakat.

  • Keakraban

Seberapa sering masyarakat mengalami korupsi dalam kehidupan sehari-hari? Mungkin tanpa mereka sadari mereka telah melakukan tindakan korupsi. Korupsi yang sering terjadi dapat membuat masyarakat merasa putus asa atau tidak memiliki kepercayaan terhadap pemerintah dan institusi.

  • Propinquity (kedekatan waktu) 

Apakah konsekuensi dari korupsi terjadi secara langsung atau segera, dan apakah efeknya terasa dalam jangka waktu yang lebih panjang? Misalnya, korupsi yang menyebabkan kekurangan dana untuk layanan kesehatan dapat memiliki dampak jangka panjang terhadap kesejahteraan masyarakat.

  • Produktivitas

Sejauh mana korupsi membatasi pembangunan ekonomi dan investasi dikalangan masyarakat? Korupsi yang merugikan pertumbuhan ekonomi dapat mengurangi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

  • Kemungkinan konsekuensi jangka panjang

Apakah korupsi memiliki dampak jangka panjang yang signifikan, misalnya, merusak sistem pendidikan atau kesehatan? Konsekuensi jangka panjang dapat meningkatkan penderitaan masyarakat secara berkelanjutan.

Dengan melihat dan menyadari sudut pandang ini, kita dapat menyimpulkan bahwa korupsi di Indonesia memiliki dampak negatif yang cukup signifikan pada kebahagiaan masyarakat, terutama karena menimbulkan penderitaan melalui ketidaksetaraan, ketidakpastian dan tumpulnya sistem hukum, serta pembatasan akses terhadap layanan publik. Oleh karena itu, dari perspektif Hedonistic Calculus, upaya untuk mengurangi korupsi dapat dianggap sebagai tindakan yang mendorong kebahagiaan bersih yang lebih besar dalam masyarakat.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KALKULUS HEDONISTIK DALAM KASUS KORUPSI

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kalkulus hedonistik dalam kasus korupsi di Indonesia. Pertama, dengan adanya budaya toleransi terhadap korupsi di masyarakat dapat mempengaruhi sudut pandang individu tentang risiko dan konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan korupsi. Jika korupsi dianggap sebagai hal yang sepele atau diterima dalam masyarakat, maka seseorang mungkin cenderung melihat manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan risiko yang mungkin akan terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun