Penerapan kalkulus hedonistik dalam korupsi juga dapat menjelaskan mengapa masyarakat sering kali terlibat dalam tindakan suap-menyuap. Masyarakat yang merasa tidak memiliki privilege atau tidak memiliki akses yang memadai ke layanan publik tertentu, seperti perizinan atau layanan kesehatan, mungkin melihat suap sebagai satu-satunya cara untuk memperoleh kebutuhan hidup mereka. Dalam konteks ini, korupsi menjadi solusi sementara yang dianggap memberikan keuntungan pribadi. Sebagai contoh, kita dapat mengevaluasi dampak korupsi dari sudut pandang intensitas, durasi, kepastian, keakraban, propinquity, produktivitas, dan kemungkinan konsekuensi jangka panjang.
- Intensitas
Seberapa besar dampak korupsi terhadap masyarakat? Korupsi yang merajalela dapat menciptakan ketidaksetaraan ekonomi mauoun sosial, dan dapat membatasi akses ke layanan publik, serta merugikan ekonomi suatu entitas, sehingga meningkatkan penderitaan di masyarakat.
- Durasi
Seberapa lama korupsi telah menjadi masalah di Indonesia? Jika korupsi telah berlangsung dalam waktu yang lama, dampak negatifnya mungkin semakin terasa dan menyebabkan penderitaan bagi masyrakat yang lebih lama.
- Kepastian
Sejauh mana masyarakat yakin bahwa pelaku korupsi akan dihukum? Jika sistem penegakan hukum tidak efektif atau tumpul dan pelaku korupsi selalu diringankan atas sanksinya, kepastian hukum yang rendah dapat meningkatkan penderitaan masyarakat.
- Keakraban
Seberapa sering masyarakat mengalami korupsi dalam kehidupan sehari-hari? Mungkin tanpa mereka sadari mereka telah melakukan tindakan korupsi. Korupsi yang sering terjadi dapat membuat masyarakat merasa putus asa atau tidak memiliki kepercayaan terhadap pemerintah dan institusi.
- Propinquity (kedekatan waktu)Â
Apakah konsekuensi dari korupsi terjadi secara langsung atau segera, dan apakah efeknya terasa dalam jangka waktu yang lebih panjang? Misalnya, korupsi yang menyebabkan kekurangan dana untuk layanan kesehatan dapat memiliki dampak jangka panjang terhadap kesejahteraan masyarakat.
- Produktivitas
Sejauh mana korupsi membatasi pembangunan ekonomi dan investasi dikalangan masyarakat? Korupsi yang merugikan pertumbuhan ekonomi dapat mengurangi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
- Kemungkinan konsekuensi jangka panjang
Apakah korupsi memiliki dampak jangka panjang yang signifikan, misalnya, merusak sistem pendidikan atau kesehatan? Konsekuensi jangka panjang dapat meningkatkan penderitaan masyarakat secara berkelanjutan.
Dengan melihat dan menyadari sudut pandang ini, kita dapat menyimpulkan bahwa korupsi di Indonesia memiliki dampak negatif yang cukup signifikan pada kebahagiaan masyarakat, terutama karena menimbulkan penderitaan melalui ketidaksetaraan, ketidakpastian dan tumpulnya sistem hukum, serta pembatasan akses terhadap layanan publik. Oleh karena itu, dari perspektif Hedonistic Calculus, upaya untuk mengurangi korupsi dapat dianggap sebagai tindakan yang mendorong kebahagiaan bersih yang lebih besar dalam masyarakat.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KALKULUS HEDONISTIK DALAM KASUS KORUPSI
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kalkulus hedonistik dalam kasus korupsi di Indonesia. Pertama, dengan adanya budaya toleransi terhadap korupsi di masyarakat dapat mempengaruhi sudut pandang individu tentang risiko dan konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan korupsi. Jika korupsi dianggap sebagai hal yang sepele atau diterima dalam masyarakat, maka seseorang mungkin cenderung melihat manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan risiko yang mungkin akan terjadi.