Mark tersenyum. Kemudian menggelengkan kepalanya, “Tidak lebih asyik tapi juga tidak tak lebih asyik,”
Aku menyondongkan kepalaku ke depan sambil mengernyitkan dahi. Mark tahu aku bingung.
“Kopi ini sangat mirip Marsabica. Lebih asyik sedikit,” katanya.
Kini, giliran aku yang tersenyum puas. Bangga betul rasanya.
“Apa nama kopi ini?” tanyanya kemudian.
Aku gelagapan mendengar pertanyaan itu. Bukan apa-apa, aku memang nggak tahu kopi apa yang tadi dibikin oleh Bagja baristaku.
“Bagja, kopi apa yang lo bikin tadi?” tanyaku kepada Bagja.
Mendengar pertanyaanku, Bagja cengengesan sebelum kemudian menjawab dengan enteng, “Kopi terserah gue,” katanya.
Mark tersenyum lebar mendengar jawaban Bagja. “Apapun itu, ini adalah kopi yang asyik,” ucap Mark kemudian.
“Omong-omong, sepertinya kalian sangat terobsesi dengan kopi?” kataku.
“Mungkin lebih dari itu,”