Mohon tunggu...
thrio haryanto
thrio haryanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Penikmat Kopi Nusantara

Menyukai kopi tubruk dan menikmati Srimulat. Pelaku industri digital. Pembaca sastra, filsafat, dan segala sesuatu yang merangsang akalku. Penulis buku Srimulatism: Selamatkan Indonesia dengan Tawa (Noura Book Publishing, 2018).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Marsabica

1 April 2017   17:50 Diperbarui: 4 April 2017   17:51 1344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Saya memang dari luar bumi,” ucapnya lirih, masih dengan mimik muka dingin.

Aku hampir tersedak Aqua demi mendengar itu, “Dari planet lain, maksudmu?”

“Ya,” jawabnya pendek.

“Hahaha! Planet apa? Crypton?”

“Crypton?” Ucap Mark sambil mengernyitkan dahi, “Hahaha…” Tawanya tiba-tiba meledak mempertontonkan barisan gigi yang rapi. Sebuah kilatan cahaya biru sekelebat menyeruak dari salah satu giginya. Hal itu membuatku langsung terpaku.

“Crypton? Hahahaha!” Mark mengulanginya. Geli benar sepertinya. Atau entahlah. Pikiranku mendadak kacau. Kulihat Mark menggeleng-gelengkan kepalanya. Dan, Oh my God! aku baru sadar, topi hitam yang dipakainya itu… ya topi itu… ukurannya lebih tinggi daripada topi-topi lazimnya. Aku jadi teringat film-film Hollywood tentang Alien dengan bentuk kepala yang melonjong ke atas. Ya, Tuhan, tolong aku, aku mulai terpengaruh oleh pria aneh ini. Pikiranku mulai berpikir jangan-jangan Mark benar dari luar Bumi. Dan Mark adalah…

“Ya, benar, bagi kalian kami adalah alien,” ucap Mark setengah berbisik seolah dia benar-benar telah memindai isi pikiranku.

“Dan sekali lagi, benar. Kami meretas gelombang radio dan elektromagnetik yang berpendaran di Bumi. Dan kami mampu membaca pikiran manusia,”

Ya, Tuhan! Pekikku dalam hati. Pikiranku makin kacau, berusaha membantah namun tak kuasa karena aku sudah merasa dalam kendalinya. Aku hanya bisa diam, meneguk Aqua hingga tandas, dan berusaha tenang meskipun aku mulai takut memikirkan apapun di depan Mark. Aku takut dia benar-benar bisa membaca pikiranku dan karena itu aku takut dia tahu bahwa otakku saat ini sedang memroses sebuah kesimpulan; aku sedang duduk berhadapan dengan orang gila!

“Tak sepenuhnya salah,” ucap Mark, “Semua penghuni Mars memang gila, tergila-gila dengan kopi,”

“Mars?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun