***
"Mana Alta?" tanya Dion saat Liana menyambutnya di ruang tengah. Istrinya menghela napas berat.Â
"Badannya sedikit hangat, jadi tidur lebih awal setelah minum obat," sahut Liana lesu.
"Kok bisa?" tanya Dion.Â
"Mungkin kebanyakan renang tadi sore," jawab Liana.Â
Dion bergegas naik ke lantai dua dan menengok kamar Alta yang sedikit terbuka. Gadis itu terbaring dengan mata terpejam. Dion bersimpuh di sebelah dan memegang dahi Alta dengan lembut. Memang masih sedikit panas. Dengan pelan, Dion mengecup kening Alta dan mengusap pipi gembul yang menggemaskan.Â
"Cepat sembuh jagoan papa, ya?" bisik Dion.Â
Setelah membetulkan selimut, Dion berjingkat keluar. Setelah beberapa langkah ia merasa ada yang mengawasinya. Dion menoleh ke belakang dan dari kamar Alta yang remang-remang, sekilas ia melihat sekelebat bayangan.Â
Dion mengerjapkan mata. Otaknya yang selalu berpikir dengan logika, menganggap itu hanya ilusi optik. Ia segera turun dan melupakan hal tersebut.
Liana menawari untuk makan malam.
"Aku sudah makan sama Chandra tadi," jawab Dion sambil mendekati kulkas untuk mengambil air dingin.Â