***
Teriakan Alta membangunkan keduanya. Dion lari tunggang lenggang disusul Liana yang sempoyongan di belakang. Matanya sangat mengantuk.Â
'Mungkinkah Alta mimpi buruk lagi?' pikir Liana dengan tubuh lelah.Â
Tidak lama kemudian, Dion berteriak dan menyebut asma Allah dengan lantang. Begitu Liana menyusul dan melihat yang terjadi, ia juga turut menjerit histeris! Keduanya membeku sesaat di pintu masuk kamar Alta.
Gadis itu berputar di udara dan menjerit memohon ampun. Dion segera menguasai diri dan melantunkan ayat-ayat suci sambil mencoba mendekat.Â
Tubuh Alta terbanting dengan begitu keras di kasur! Liana memekik penuh kengerian. Itulah asal lebam di tubuh Alta selama ini!
Dion menghambur dan memeriksa tubuh Alta yang masih menangis kencang.
"Astagfirullah, apa yang terjadi, Dion?" tangis Liana sambil memangku tubuh gadis kecil itu dengan gemetar. Dion menggelengkan kepala gugup.Â
"A-aku harus menelepon seseorang," ucap Dion masih terdengar gugup dan mencoba untuk tidak panik.
Liana memeluk Alta dengan erat. Alta menatap Liana dengan sedih.
"Maafin Alta, Mama," bisik Alta lirih.Â