"Hanya ini saja, Pak. Alta tidak memiliki catatan kesehatan. Sebelum Pak Dion dan Bu Liana, Alta pernah diadopsi oleh lima keluarga. Mereka mengembalikan Alta kurang dari enam bulan kemudian," papar Ratna. Dion mengerutkan kening.Â
"Saya tahu tentang pembatalan mereka. Tapi alasannya apa?" tanya Dion tidak puas.Â
"Alta kurang bisa dididik dengan baik," jawab Ratna pelan.Â
"Apa?! Nakal maksudnya, Bu?"Â
Ratna mengangguk atas pertanyaan Dion. Pria itu menggelengkan kepala dengan tidak habis pikir.
"Tega sekali. Alta nggak pernah bertingkah macam-macam selama bersama kami dalam tiga bulan ini. Kalau pendiam, memang betul. Alta sulit diajak komunikasi dan menolak membangun koneksi batin untuk lebih dekat. Itulah kenapa, saya meminta info dari ibu. Tapi nakal? Ah, mereka terlalu mengada-ada," sergah Dion seraya melemparkan pandangan tidak percaya.Â
Ratna memendam opininya dalam hati. Sejak kejadian malam tersebut, ia tidak ingin terlibat terlalu jauh.
"Baik, Bu. Terima kasih sudah membantu sejauh ini," ujar Dion akhirnya.Â
Ia tidak mendapat tanggapan lebih jauh mengenai Alta. Entah kenapa, kemarin Ratna yang terlihat berapi-api, kini berubah total. Ada pancaran ketakutan pada wajahnya yang bulat.Â
Dion berpamitan dan bergegas pergi. Dalam perjalanan pulang, ia terus berpikir.Â
'Ada apa dengan kisah hidup di balik gadis kecil bernama Alta ini?' renung Dion dengan penasaran. Benak Diona berkecamuk dengan berbagai spekulasi liar yang tidak berujung.Â