"Minta tolong Usman buat ganti bohlam lampu kantor ya?" pinta Ratna.Â
Asmi mengiyakan dan berlalu dengan tergesa.Â
Akhirnya, Ratna memutuskan untuk meneruskan besok. Wanita itu memilih untuk tidur cepat.
Baru saja selesai berdoa dan menarik selimut, Ratna mendengar keran kamar mandi menyala.Â
'Mungkin aku lupa mematikan,' pikirnya.Â
Ratna beringsut turun dan menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamar. Keran tertutup dan mendadak Ratna menggigil kedinginan.Â
Suhu ruangan turun secara drastis menjadi sangat dingin. Ketika tangan Ratna ingin meraih saklar kamar mandi, lampu tersebut keburu mati. Begitu juga ruang tidurnya.Â
Semua tampak gelap gulita. Hanya pantulan cahaya dari luar yang menembus jendela kaca dan memberinya sedikit penerangan.Â
Ratna menggerayangi tembok untuk mencapai tempat tidurnya kembali. Udara makin terasa membeku dan menggigit.Â
Setelah mencapai meja, tak jauh dari pembaringannya, mata Ratna menangkap ada siluet hitam sedang duduk di sisi seberangnya. Ratna tidak yakin akan penglihatannya dan mengucek mata berkali-kali. Bayangan itu masih di sana. Kini, lambat laun, ia melihat sosok itu menyisir rambutnya yang panjang dengan jari.Â
"Si-siapa di situ?!" serunya gugup. Tidak mungkin perampok. Ini baru jam delapan lebih dan suara pegawainya masih terdengar, tengah bermain catur di teras.Â