Edward tidak menjawab. Nama itu seakan sudah hilang dari memorinya sejak tiga bulan yang lalu. Tidak lagi terucap ataupun terdengar. Tapi sekarang, ingatannya perlahan bermunculan kembali di dalam benaknya. Emilda Clarke Schmidt. Gadis itu.
      "Dia masih bersekolah di sini, kan?" tanya Mama Edward lagi.
      "Masih," jawab Edward.
      "Mama pikir dia sudah pindah ke Hannover. Soalnya kemarin, Tante Nara cerita ke mama kalau Emilda bakalan pindah ke sana sekeluarga,"
      "Oh,"
      Edward memandang salah satu bingkai foto di ruang tamu yang berisi fotonya bersama sahabat-sahabatnya. Pada bagian tengah bingkai foto itu adalah fotonya bersama Emilda saat pesta sweet seventeen Martha. Pindah? Tidak salahkah? Bukankah Emilda baru akan pindah ke Jerman saat lulus tahun depan?
      "Hei, kok kamu jadi ngelamun?"
      Edward segera kembali menatap mamanya. Pikirannya masih saja tentang Emilda. Setelah sekian lama gadis itu tidak muncul di pikirannya, sekarang ia tidak bisa berhenti memikirkannya.
      "Kamu masih contact-an sama Emilda?"
      "Udah jarang," Edward kembali memandang bingkai foto di dekat televisi, entah mengapa ia seakan tidak lagi mengenal Emilda belakangan ini. Semua ingatannya serasa hilang, lenyap, tenggelam begitu saja.
      "Kenapa emangnya?"