Dan loe baru sadar sekarang?
Mil, gue bener-bener sorry dengan semua hal bodoh yang udah gue lakuin.
Loe pikir itu cukup? Ed, loe nggak tahu rasanya kayak apa.
Mil, please maafin gue.
Tunggu, ini terakhir dan penting karena gue udah capek dengar penjelasan loe.
Loe tuh anak cowok paling banyak drama yang pernah gue temuin. Loe bilang loe bakal selalu ada buat temen loe. Loe bohong. Ed, loe sama aja kayak yang lain.
Em...
Emilda sudah tidak menjawab lagi. Ia memutuskan telepatinya dengan Edward. Edward hanya bisa menatap lesu dari luar kaca sambil menyaksikan Emilda pergi dan menghilang dari pandangannya beberapa saat kemudian.
Itu adalah kali terakhir Edward berbincang dengan Emilda. Emilda tidak pernah lagi membuka akses telepatinya. Edward duduk di salah satu kursi dekat pintu keberangkatan. Di tengah keramaian Bandara Internasional Soekarano-Hatta, dirinya hanya dapat terdiam. Menyesal pun tidak berguna, sahabatnya itu telah pergi dari kehidupannya dan meninggalkan lubang yang besar di hatinya. Edward memandang langit yang berubah kelabu seperti suasana hatinya sekarang.
Perbincangan singkat itu mengakhiri semuanya. Walaupun Emilda mungkin sudah tidak dapat mendengarnya lagi, Edward mengucapkan sesuatu yang selama ini ia tidak berani katakan pada Emilda sebelum ia pergi dari bandara.
I will always love you, my dearest friend...