Aku menatap Charles, "Bagaimana dengan Gunawan? Apakah ia sudah ditemukan?"
Charles menggeleng, "Sama sekali tidak ada. Kami bahkan sudah menanyakan kontaknya kepada warga sekitar, dan tahu apa? Ponselnya tidak bisa dihubungi, bahkan sudah tidak aktif ketika kami melacaknya dari tracer. Di kasus ini ialah yang paling mencurigakan. Aku sudah menyebarkan keterangan orang dicari di mana -- mana. Semoga ia cepat ditemukan."
Aku terdiam mendengar ucapan Charles. Dalam keheningan, Mahmud memecah, "Kau tidak menganggap Gunawan yang membunuh Andrea, bukan?"
Aku menggeleng, "Tidak. Satu -- satunya yang hilang adalah motif. Di kasus ini aku tidak bisa menemukan motifnya. Dan satu lagi keanehan, Andrea memiliki pekerjaan yang mapan dari keterangan tetangga -- tetangganya, mengapa ia tinggal di tempat seperti itu? Apakah Gunawan mengetahui bahwa Andrea memiliki harta simpanan sehingga ia merampasnya? Ah, aku tidak suka berasumsi tanpa kenyataan."
Charles menanggapi, "Kau melupakan satu keanehan lagi, Kilesa. Bayi itu. Bayi itu tidak hentinya tertawa sementara ibunya tidak lagi bernyawa di atas lantai. Bayi itu titisan dari neraka."
Mahmud membenarkan, "Sudah bukan lagi ibunya, Charles, tes DNA sudah menyimpulkan."
Sudah bukan lagi ibunya. Sudah bukan lagi ibunya. Kata -- kata itu terngiang berulang -- ulang di telingaku, sehingga aku mengabaikan Charles yang menepok jidatnya saat itu. Aku bertanya pada Mahmud.
"Bayi itu, Mahmud, di mana ia sekarang?"
"Berada di tempat penitipan rumah sakit, Kilesa. Kepolisian tidak memiliki tempat penitipan khusus bayi. Kita masih mencari jati dirinya atau berpikir untuk memasukkannya ke panti asuhan."
Aku berdiri, lalu memungut topi Sherlock yang kini tercantum sebagai barang bukti dengan tongkatku. Topi itu lalu kuputar di udara. Aku berseru.
"Ayo, kawan -- kawan, mari kita pergi ke apartemen itu lagi."