Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Bayi Tertawa (Detektif Kilesa)

7 Juli 2021   16:04 Diperbarui: 7 Juli 2021   16:15 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau lihat, ibunya sudah tiada, tapi anaknya terus -- menerus tertawa. Sebuah ironi, bukan? Kalau saja bayi itu bisa mengerti bahwa ibunya sudah meregang nyawa..."

Aku hanya mendesah dan mengabaikan pernyataan konyol Charles. Sebuah tindakan yang kuakui saat ini ada sebuah kesalahan. Ketika masuk ke ruangan itu, aku selalu menganggap Andrea adalah ibu dari bayi itu. 

Mengapa? Lihatlah ke seluruh penjuru ruangan kamar Andrea. Box bayi beserta gantungan imut yang menempel dari atap, lalu kumpulan selimut bayi yang tersusun rapi di pojokan, wangi bedak bayi, dan peralatan -- peralatan lainnya seperti botol susu, kemping, dan topi bayi yang juga tersusun rapi. 

Untuk topi bayi itu aku memberikan perhatian khusus karena bentuknya sangat ikonik. Ya, itu adalah minatur dari topi Sherlock Holmes. Nampaknya Andrea adalah penggemar detektif legendaris fiktif itu.

Dan kini muncullah fakta bahwa bayi itu bukanlah bayi Andrea, bahkan tidak ada hubungan darah. Jadi bukan bibi, saudara, atau kakak.

Aku lanjutkan lagi. Tim kepolisian segera mengamankan bayi itu dan membawanya ke kantor polisi. Sementara itu Mahmud memastikan bahwa luka yang menewaskan Andrea adalah luka gores oleh pisau kecil. 

Fakta ini menguatkan pendapatku bahwa yang pembunuhnya adalah orang yang dikenal oleh Andrea. Tidak ada tanda -- tanda perlawanan, juga barang -- barang yang tersusun rapi, aku bertanya pada Charles bahwa adakah barang berharga yang diambil dan ia mengonfirmasi tidak ada. Aku mengangguk. Sejak awal aku tahu bahwa tidak mungkin seorang pencuri menargetkan apartemen kelas menengah. Ia kuminta melanjutkan penggeledahan barang.

Mahmud masih mengurusi korban ketika aku mulai mengumpulkan saksi mata. Orang yang memberitahu polisi bernama Surti, yang merupakan tetangga dari Andrea. Pekerjaannya adalah pembantu rumah tangga pulang pergi, dan hari ini sedang libur. Ia bercerita bahwa Andrea adalah teman dekatnya. Dan di sinilah mulai sebuah keterangan aneh. Kami tidak menganggapnya aneh dulu ketika mendengarnya, namun ketika kami tahu bahwa Andrea bukanlah ibu dari sang bayi, semuanya menjadi janggal.

"Andrea adalah teman baik saya. Ia pindah ke sini lima bulan yang lalu, bersama bayinya. Ia bilang bapaknya laki -- laki tidak bertanggung jawab, jadi ya sudahlah. Pekerjaannya adalah akuntan di perusahaan yang cukup ternama. Ah, saya lupa nama perusahaannya. Dan menemukan ia meninggal seperti itu...ah, rasanya menyedihkan. Pak polisi bisa menemukan pembunuhnya?"

Aku mendesah. "Kami mengupayakan segala cara, Bu Surti. Namun, yang lebih penting, bagaimana ibu bisa menemukan Andrea dalam keadaan tewas seperti itu? Adakah sesuatu yang janggal, atau seseorang yang mencurigakan?"

"Pak polisi mencurigai saya? Saya bukan siapa -- siapa, pak, hanya seorang pembantu. Untuk apa pula saya menghabisi nyawa teman baik saya sendiri? Tadi pun saya tidak sengaja menemukan Andrea ketika akan menjemur pakaian di depan. Pintu kamarnya terbuka. Saya tidak sengaja masuk."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun