Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Bayi Tertawa (Detektif Kilesa)

7 Juli 2021   16:04 Diperbarui: 7 Juli 2021   16:15 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menatap sekeliling. Kamar Andrea sebenarnya merupakan kamar yang sederhana. Tidak ada furnitur berlebihan. Hanya ada satu meja makan dan kursi -- kursinya, satu rak buku kecil, satu lemari pakaian, dan satu meja rias, sisanya adalah pernak -- pernik bayi seperti box dan sebagainya. Ada pula tas -- tas wanita dan satu tas koper. Aku merasa Andrea tidak ingin lama -- lama tinggal di tempat ini.

Aku berjalan menuju rak buku dan mendapatkan buku -- buku yang sebagian besar bersifat agronomi dan psikologi. Bagiku hal ini cukup mengejutkan karena kami sama sekali tidak menemukan tanaman di dalam kamar Andrea, juga kedua hal ini cukup jauh dari bidang yang ditekuni Andrea yaitu akuntansi. Ini membuatku bertanya pada Charles.

"Charles, apakah kau menemukan sesuatu yang berkaitan dengan akuntansi di tempat ini? Hasil audit, atau neraca keuangan, atau buku akuntansi misalnya?"

Charles menggeleng, "Sama sekali tidak ada berkas keuangan di tempat ini. Mungkin saja ia menyimpannya semuanya di tempat kerjanya. Tapi yang aku bingungkan juga adalah Andrea bahkan tidak memiliki laptop atau PC. Kalau saja ia memiliki itu, kita melacak berkas -- berkas akuntansinya, juga berkas -- berkas lainnya yang mencurigakan."

Aku menghela napas. Kembali menatap sekeliling, aku mendudukkan diri di kursi kayu. Topi Sherlock itu berada di kakiku sekarang. Dengan sebuah tongkat aku memungut topi itu dan memutarnya di udara. Melihat kelakuanku, Charles tersenyum dan menggodaku.

"Bagaimana, kapten? Biasanya kau langsung bisa memecahkan kasus pada saat pertama kali mengunjungi TKP? Bagaimana sekarang? Gunawan bukan pelakunya, bukan?"

Aku hanya tersenyum dan menggeleng. "Kita belum bisa menyimpulkan apa -- apa. Kasus ini terlalu abstrak. Satu lagi yang hilang adalah motif. Kita tidak tahu mengapa Andrea dibunuh."

Charles melempar sebuah buku ke atas meja di sebelahku. "Bacalah itu, Kilesa. Satu -- satunya buku yang berhubungan dengan kriminologi di ruangan ini. Mungkin kau bisa memecahkan kasus ini. Kuberi nama apa sebaiknya? Kasus bayi tertawa. Ah, nama yang bagus. Ingat, bayi itu tidak berhenti tertawa di depan ibunya yang terhunus pisau."

Aku mendesah dan menendang Charles. Kutatap buku itu. Kasus kriminologi anak. Judul yang aneh, lebih aneh lagi Andrea yang memilikinya. Namun ini tidak menyimpulkan apa pun. Keterangan ini tidak berguna.

Begitulah pikiranku pada saat itu.

Namun hari ini lain lagi. Setelah mengetahui bahwa sang bayi tidak punya hubungan darah dengan Andrea, aku bisa berasumsi banyak. Mungkin saja buku itu mengindikasikan bahwa Andrea hendak melakukan yang buruk kepada bayi itu. Mungkin saja Andrea menculik bayi itu, lalu hendak menjualnya kepada tempat penadahan anak. Mungkin saja Andrea hendak meminta tebusan kepada orang tuanya, namun belum yakin sehingga ia perlu banyak membaca buku psikologi dan kriminologi. Ah, terlalu banyak kemungkinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun