Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kekalahan Sriwijaya [Novel Nusa Antara]

6 Mei 2020   10:00 Diperbarui: 6 Mei 2020   10:06 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Jaga dirimu baik -- baik, Udayaditya."

***

Perasaan yang berbeda dirasakan oleh Udayaditya ketika kapalnya melewati tiang emas kembar yang berada di pelabuhan Musi. Ia berulang kali melewati tempat ini dengan perasaan tidak peduli; sebuah pikiran tertanam di kepala bahwa Kerajaan Sriwijaya hanya akan selalu melebarkan wilayahnya. 

Kali ini perasaan tidak peduli itu sirna, terganti oleh malu yang membungkam. Dan ia kembali untuk membawa kabar seorang diri, tanpa ditemani oleh pamannya atau panglima perang dan panglima laut.

Vijayasastra. Aku lupa memberitahukan hal ini kepada paman Balaputradewa. Ia pun tidak menanyakannya kepadaku. Apakah ia mengetahui penyerangan Kutai terhadap Sriwijaya? Tidak mungkin.

Bangkai kapal dan manusia hasil dari pertarungan dengan Kerajaan Kutai seakan menghalangi jalan rombongan Udayaditya ketika akan melempar sauh di Pelabuhan Musi. Tidak ada seorangpun warga yang menyambut kumpulan kapal yang membawa prajurit -- prajurit Sriwijaya pulang. 

Seluruh penduduk seperti sedang menjalani perkabungan akibat serangan Kerajaan Kutai. Beberapa insan terlihat di pinggir dermaga untuk mengikat sauh kapal kepada tambatan yang tertaut di atas dermaga.

Langit pun seperti tidak memihak Sriwijaya. Begitu kapal -- kapal Sriwijaya meninggalkan tanah selatan Kerajaan Medang untuk pulang, debu -- debu seakan menyingkir untuk memberikan tempat kepada sang surya untuk bersinar. Ia berada di puncak langit, menandakan waktu siang hari. Udayaditya menggeleng -- gelengkan kepala. Lakukan apa yang kau inginkan, wahai Sang Pencipta.

Moral yang hancur menyertai turunnya para prajurit dari atas geladak kapal menuju dermaga. Hampir seluruh prajurit tertunduk lemas dan berwajah lesu. Aura kesuraman terpancar dengan kuat. 

Beberapa prajurit berjalan perlahan menuju barak prajurit, beberapa menyenderkan tubuhnya di tembok -- tembok perumahan, beberapa berbincang -- bincang, ingin menutupi kekalahan memalukan dari telinga rakyat Sriwijaya. Udayaditya tidak mampu melakukan apa -- apa terhadap hal ini. Ia merasa diri belum berpengalaman untuk mengangkat moral prajurit. Mungkin raja dapat melakukan tugas ini. Ia melangkah pelan menuju istana.

Dalam perjalanannya menuju tangga istana, ia melihat warga berkerumun di dalam kuil yang terletak di bagian luar lingkungan istana. Rasa keingintahuan membuatnya melangkah menuju kuil. Ia memperhatikan bahwa sebagaian besar warga mengantri di hadapan patung Buddha untuk membakar pedupaan dan melakukan namakara. Sesuatu yang buruk terjadi. Ia segera bertanya kepada orang terdekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun