Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kekalahan Sriwijaya [Novel Nusa Antara]

6 Mei 2020   10:00 Diperbarui: 6 Mei 2020   10:06 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Misi apa lagi, paman? Kita sudah gagal menaklukkan Kerajaan Medang. Lihatlah luka di punggungmu itu, ditambah awan panas dan debu ini kau tidak akan mampu bertahan selama sehari. Aku mengerti jika engkau segan menghadap Raja Samagrawira untuk mengabarkan kegagalan. Pulanglah, paman, dan kabarkan sebagai seorang ksatria."

Balaputradewa menatap dingin keponakannya, "Aku tidaklah takut terhadap ayahku. Hasil perang ini sudah ditakdirkan oleh langit dan Sang Buddha tidak merestui. Ayah akan paham mengenai hal itu."

Udayaditya kebingungan, "Lalu apa yang membuatmu enggan pulang?"

Balaputradewa menghela napas, "Ketika keluar dari lingkungan istana Prambanan tadi kulihat sebagian tentara mengenakan ikat kepala hijau, berompi hitam, dan bersenjatakan keris. Ini jelas bagiku: Manarah melibatkan diri dalam pertarungan ini. Kerajaan Galuh melibatkan diri dalam pertarungan ini. Aku ingin bertemu dengannya dan bertukar beberapa patah kata."

Udayaditya menggeleng -- gelengkan kepalanya, "Satu masalah belum selesai dan kau ingin mencari perkara di tempat lain. Paman, kau ini gila. Kau tidak menyayangi nyawamu sendiri. Sudah jelas prajurit Kerajaan Galuh ikut menumpas prajurit kita. Kau melangkahkan kaki ke perbatasan Galuh, kau akan mati, wahai Paman Balaputradewa."

Balaputradewa hanya tersenyum. Udayaditya menggeleng -- gelengkan kepala. Waktu yang terus berjalan membuat salah seorang kolega lain khawatir; Angga Gunadharma kini sudah berada di ambang pintu. Udayaditya berusaha untuk membujuk pamannya terakhir kali.

"Paman, tolonglah, tidak perlu kau malu kepada paduka raja. Aku akan menemanimu menghadapnya. Tolong jangan cari perkara dengan Raja Manarah."

Balaputradewa menggeleng perlahan, "Aku akan baik -- baik saja. Aku tidak akan mati, Udayaditya. Sebelum kau pergi, tolong tutup pintu dan jendela rapat -- rapat. Aku ingin berkonsentrasi menyembuhkan luka di lengan dan punggungku ini."

Udayaditya memejamkan matanya. Ia melangkah menuju ambang pintu.

"Baiklah, paman, jika itu adalah kemauanmu. Aku serahkan semua kepada keputusan takdir."

Ia menggenggam lengan Angga Gunadharma dan menariknya keluar ruangan. Ketika hendak menutup pintu, Balaputradewa mengucapkan kata -- kata perpisahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun