“Ah, mana mungkin?” seru saya menahan tertawa.
Siapa yang mampu menukar nasib
Garis-garis terukir dalam
Di telapak tangan, nama berbeda
Persimpangan, tiap tikungan
Berbeda
Tanganmu tak menyatu di pundakku
Entah apa yang membuat kami melanjutkan kisah tentang bagaimana seandainya bertukar tempat. Hingga kemudian ia seperti ingin berkeluh kesah.
“Saya ini ke sini karena sumpek.”
“Soal pekerjaan, Pak?”
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!