Berkali-kali terabaikan
Menjadi tepi paling tepi
Memberi pelukan pada segala yang pulang
Lelaki itu membuka koran pagi, selain buku dibiarkan di meja yang sudah kami lap dengan bersih, dan sudah kering karena tak ada lagi gerimis tersisa.
“Bapak enak betul, bisa santai dan libur lama. Menginap di hotel mewah dan nyaman di belakang ini,” kataku membuka pembicaraan, saat ia melipat koran lokal.
Ia tertawa.
”Pak Made yang enak. Tiap hari bisa menikmati pantai yang indah. Ya, tiap hari. Sepertinya tenang hidupnya.”
Aku yang tertawa sekarang. Entah kenapa, mungkin karena merasa kenal, aku menyela dengan ringan. “Mungkin sesekali bisa bertukar tempat, Pak. Saya jadi Bapak, Bapak jadi saya yang hanya menjual warung begini di kaki lima. Seperti dalam acara di Tivi itu.”
Lelaki itu tertawa kian kencang.
“Boleh, boleh ....”