Ia terisak sangat kencang, menutupi kedua telinganya dengan telapak tangan, meenggelamkan kepalanya di lutut dan rasa pusing mulai ia rasakan lagi. Semakin terisak pusing yang ia rasakan mulai terasa sangat kacau, ia memegangi kepalanya sambil berteriak kesakitan dan hendak berdiri namun seketika pandangannya buyar dan jatuh ambruk ke tanah.
*********
13 tahun yang lalu...
Suara sirine ambulan terus bergeming di daerah komplek perumahan elit ini, yang menandakan seseorang dalam keadaan buruk. Dan hal itu dialami oleh keluarga dokter Zikri, anak laki laki semata wayangya yang sekarang berumur 6 tahun sakit parah karena mengidap penyakit akut dan sekarang penyakit itu muncul lebih parah lagi.
"Pak tolong jalannya lebih cepat lagi, anak saya ini harus cepat cepat mendapat pertolongan dokter ayahnya hiks hiks" Seorang ibu terus menangis kala melihat anaknya yang tak sadarkan diri berada di pinfgirnya dengan bantuan alat alat seadanya agar membantu nafas anaknya.
"Sabar Bu Nadin, Istigfar"  Pengasuh sekaligus asisten rumah tangga keluarga dokter Zikri terus menenangkan Nadin di sampingnya  yang tak henti hentinya menangis.
Ditempat lain, anak kecil terus saja meminta balon terbang kartun kesukannya, ia merengek dan terus menagis namun ibunya tidak memberikan sebab kesibukan ibunya yang sedang membeli makanan untuk dirinya dan anak laki lakinya ini.
"Jadi berapa semuanya pak?" ucap Bu Jihan pada sang penjual
"Tiga puluh dua ribu Bu" jawab penjual dan segera Puji mengambil uang didompetnya untuk diberikan pada sang penjual.
"Bundaa ih aku mau beli balon itu!" tunjuknya pada balon sambil menjoba melepaskan pegangan dari Bundanya.
"Iya sayang  habis ini yah, Bunda ngasih dulu uang ke Bapak penjualnya ok" Ucap lembut sang Bunda pada anaknya sambil tersenyum ramah pada penjual sambil memberikan uangnya.
Dengan secepat kilat anak laki laki itu lari dan menyusul penjual balon yang mulai pergi dari tempat dilihatnya tadi.
"Astagfirulloh Zidan!"