Mohon tunggu...
Humaniora

Jurnal A: Inspirasi Hidup dari Pelbagai Media dan Perenungan

26 Januari 2017   17:10 Diperbarui: 27 Januari 2017   02:18 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 Ibarat kalau tidak mau berpikir monyet, maka berpikirlah kucing dan lainnya. Tak perlu fokus kepada ingin melupakan monyet, hanya perlu fokus kepada banyak hal lain yang menuju ke arah lebih baik. Yuk, belajar untuk menutup masa lalu dan ciptakan afirmasi seperti ‘aku pengen move on dengan cara aku akan fokus pada impianku dan bagaimana cara mengejar dan mencapainya’. Jadi walaupun mengingat masa lalu lagi, tak akan ada lagi sakit hati karena kita bisa memaafkan rasa sakit tersebut. 

 Ketika sempat terbawa perasaan dan tak rela untuk membunuh perasaan itu, maka yakinkan diri bahwa selalu ada pilihan untuk yang lain, tak perlu sakiti diri sendiri (lagi) dengan membiarkan perasaan itu tetap mengalir kepada orang yang kurang tepat, yang tidak merasakan perasaan yang sama pada kita. Percaya bahwa hati nurani akan selalu bisa memilih yang lebih baik. Selalu fokus kepada apa yang sedang kita miliki sekarang seperti keluarga dan teman terkasih. Kadar cinta bisa diturunkan bila benar perlu.

 Bagi yang telah memiliki pasangan (partner) yang cocok, cinta abadi bukan berarti tanpa usaha. Sama seperti tanaman, perlu rajin disiram agar terus bergairah, tumbuh dan mekar. Segala sesuatu selalu berubah termasuk manusia sendiri. Maka itu, memahami pasangan seumur hidup menjadi kunci satu sama lain. Terus menjaga komunikasi karena pasangan terbaik berarti pasangan yang bisa jadi teman atau sahabat yang seperti menumbuhkan gelora asmara dan bukan seks belaka.

 TipsCepat Move On dari Apapun:

  1. Meyakini bahwa bila ada niat akan selalu ada jalan karena kekuatan pikiran sangat besar dampaknya,

  2. Meyakini bahwa kegagalan bukanlah akhir melainkan pembelajaran berharga,

  3. Belajar untuk menikmati hidup yang terkadang terasa sedih. Ibarat menari dibawah hujan, selalu ikhlas dan mensyukuri rasa derita (bahkan penderitaan pun dapat disyukuri). Bukanlah apa, sebab itu adalah bagian dari realitas kehidupan,

  4. Memberi batas waktu yang cukup berarti dan spesifik untuk memproses rasa sedih itu. Bila sekiranya terasa terlalu lama dan justru malah mengganggu aktivitas sehari-hari, coba untuk berkonsultasi dengan psikolog dan ahli lainnya agar tak malah berlanjut menjadi gangguan psikologis yang lebih buruk,

  5. Terus menstimulasi pikiran dengan fokus-fokus yang positif sepertimelakukan hal yang disukai dan membuat hati bahagia serta melakukan hal baru yang ingin dilakukan. Menutup buku dan membuka lembar yang lebih baru. Atau dapat pula menulis diari atau jurnal pribadi sebagai alat solusi diri, dengan boleh tetap melukiskan perasaan sedih tapi tetap harus menuliskan (dengan sedikit paksaan) solusi yang sekiranya membuat hati selalu bersyukur dan terasa nyaman, 

  6. Mendekatkan diri dengan lingkungan yang kita sayangi dan yang selalu mendukung kita,

  7. Mendekatkan diri dengan Tuhan untuk merawat sisi spiritual seperti beribadah,bersedekah, bersyukur, dan melakukan kegiatan sosial (keagamaan) lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun