Mohon tunggu...
Humaniora

Jurnal A: Inspirasi Hidup dari Pelbagai Media dan Perenungan

26 Januari 2017   17:10 Diperbarui: 27 Januari 2017   02:18 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 Meremas tangan saja menunjukkan bahwa kita bergerak. Bergerak aktif dengan seperti mengerjakan pekerjaan sehari-hari dan berolah raga ringan sangat memicu produksi hormon endorfin dalam tubuh yang sangat berdampak pada perasaan bahagia, keseimbangan emosional dan kesabaran, dan kelancaran peredaran darah ke seluruh tubuh termasuk ke otak. 

 Semisal ada 3 pilihan yakni enjoy atau mencintai serta menikmati, survive atau bertahan, dan/atau suffer atau menderita. Apapun situasinya, pilihan selalu ada di tangan kita. Segala pilihan mengacu kepada komitmen terhadap diri sendiri. Apakah ingin menikmati, bertahan, atau bahkan Anda ingin menderita?

 Untuk sebuah goal atau tujuan, selalu ada why yakni alasan mengapa inginmencapai hal itu. Demi apa? Pertanyaan yang akan membuat pencapaian yang lebih. Lalu demi siapa? Pertanyaan yang akan membentuk sebuah ikatan emosional yang menguatkan dan menjadikan proses pencapaian itu tak akan goyah.

 Mengendalikan respon untuk segala yang (telah) terjadi menjadi sebuah kunci berharga juga. Akankah kita merespon secara reaktif? Yang bersifat spontan dan jangka pendek. Atau sebaliknya, merespon secara responsif? Dengan meluangkan momen sejenak untuk berpikir dengan akal budi yang sehat, baru kemudian jalan, yang hal itu mencerminkan responsibility atau tanggung jawab.

 Mari, terus membudayakan kebaikan, dimulai dari hal yang terlihat sederhana. Jangan lupa untuk mengikhlaskan apa yang terjadi yang akan terus memelihara keadaan otak. Kalau ikhlas, otaknya awet.

18 Juli 2016

Smart Happiness Smart FM: Memaafkan=Mulia, Minta Maaf=Ksatria (bersama Arvan Pradiansyah dan Olla Nurlija)

 Minta maaf cenderung lebih sulit dilakukan ketimbang memaafkan sebab manusia memiliki kecenderungan untuk membela dirinya sendiri atau self-defense mechanism. Maka itu perlu memulainya dari kesadaran bahwa 'the bad is my past action or only my part in the past, notmyself whole'. 'Keburukanku itu adalah tindakanku yang saat itu saja yang mungkin melukai beberapa pihak. Dengan keburukan itu, tak perlu aku menghakimi diriku sebagai penjahat secara utuh, yang dengan anggapan itu akan merusak keutuhan diriku sebagai manusia'. Remember that everyone made a mistake.

 6 Dimensi Minta Maaf: 

  1. Mengakui kesalahan secara spesifik dan jelas (di bagian mana kita mungkin menyakiti hati orang lain),

  2. Bertanggungjawab secara penuh, tanpa ada lagi pengelakan (tanpa ada tapi, tanpa ada penyalahan kepada orang lain atau pihak lain),

  3. Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun